7 hari sebelum dan sesudah hari H, puncak penuhnya jamaah di masjid harram. Keinginan untuk mencium hajar aswad tak mengenal waktu. Setiap saat, setiap melihat keinginan itu selalu timbul. Alhasil pojokan samping pintu ka’bah itu selalu berkerumun manusia yang mengantri untuk mencium batu surga tersebut. Mereka berdesak-desakan, berhimpit-himpitan bahkan tak jarang saling mendorong sehingga menyakiti satu sama lain. Pernah saat thawaf aku melihat seseorang baku hantam dengan yang lain takala anak yang dipanggul di pundaknya ditarik jamaah lain untuk merapat ke dekat hajar aswad. Astagfirullah....
Ternyata keinginan-keinginan setiap jamaah untuk untuk dapat meraih, mengusap dan mencium batu yang pernah dicium para nabi, dimanfaatkan oleh sekelompok orang. Hukum ekonomi kembali berlaku, ada demmand tentu ada supply. Kelompok tersebut menawarkan jasa untuk mengantar mencium Hajar Aswad. Mereka adalah sekumpulan orang yang menawarkan jasa pengantaran ke Hajar Aswad. Tarifnya bervariasi, dari yang“sukarela” antara 20 - 50 real. Pada saat puncaknya musim haji konon harga ikut melambung sampai 800 - 1.000 riyal Saudi (RS) atau Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta. tarif tersebut makin turun ketika musim haji hampir selesai.
Saat kami sedang thawaf tiba-tiba seseorang menempel dan bertanya apakah kami ingin mencium hajar aswad. Tentu hak tersebut kami iyakan. Belum sempat mereka menyebut angka, aku baru sadar mereka adalah joki-joki Hajar Aswad. Secara halus percakapan itu kami hentikan dan menolak tawaran jasanya. Sedetik kemudian orang tadi menghilang. Sepertinya mencari sasaran yang baru. Aku baru ngeh, ternyata mereka yang sering bergerombol memotong langkah kami adalah para joki yang sedang melayani konsumennya.
Kami tidak mengetahui secara pasti dari mana saja orang-orang yang “kreatif” menawarkan jasanya. Yang kami kenal mereka memakai bahasa dengan dialek yang kami kenal. Biasanya satu orang bertugas mencari konsumen, selanjutnya merka saling mengontak temennya karena satu sama lain. Mereka membentuk tim sampai dua belas orang sekali beroperasi. Caranya, kita berada di tengah barikade mereka, biasanya 4 orang menjaga 1 orang. Dengan membelah lautan manusia, barikade tersebut langsung menuju pojok kabah tempat batu mulia itu ditanam di salah satu sudut ka’bah. Seringkali mereka tak mengindahkan jamaah yang sedang khusu thawaf dan larut dalam doanya.
Sebenarnya untuk mencium Hajar Aswad tidak perlu memakai jasa joki. Asalkan kita cerdik membaca situasi. Memang benar....tidak istilah jam kosong untuk mencium Hajar Aswad. Siang atau malam di masjid Harram tempat penuh, yang membedakan hanya langitnya saja. Siang ada matahari, kalau malam berhiaskan bintang. Namun kalau lagi ‘rezeki” kita, pasti ada saat-saat agak melonggar. Maka, itulah saat yang tepat untuk kita melakukannya. Biasanya waktu yang agak senggang usai Dhuha sekira pukul 8.00-10.00 atau saat dini hari sekitar pukul 1.00. Namun yang lebih utama dari semua itu adalah mohon keridhaan Allah SWT, bersikap tawadhu dan yakin akan pertolongan Allah. Sebaliknya, hindari sikap-sikap takabur, merasa kuat, sombong atau riya. Kalau belum apa-apa sifat dan sikap itu sudah menguasai hati kita niscaya kegagalanlah yang kita hadapi.
Kami telah membuktikan bahwa dengan “tangan” Allah SWT kami sampai di batu tersebut, segala kesukaran berganti dengan kemudahan. Bahkan dari ratusan teman serombongan, ada seorang ibu sepuh yang berkali-kali sanggup mencium Hajar Aswad. Allah SWT telah memberi kelapangan pada ibu tersebut. Subhanallah....
Oleh karenanya, kami senantiasa beristighfar takala tawaran para joki itu menghampiri. Kalau aku penuhi tawaran itu, tidak hanya harus mengeluarkan uang ratusan riyal, untuk mengejar ibadah sunnah aku harus berada dalam himpitan orang-orang yang bukan muhrimnya. Aku takut Allah SWT akan murka. Biarlah Allah SWT tetap memilih suamiku membantu mencari keridhaannya. Amiin...
Minggu, 24 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar