Senin, 29 November 2010

5 Falsafah Jawa

Ada 5 falsafah jawa yang berguna untuk kita menghadapi perjalanan kehidupan kita :

1. Kukilo (Burung)
2. Wanito (Wanita)
3. Curigo (Waspada)
4. Turonggo (Kuda)
5. Wismo (Rumah)

1. Kukilo (Burung)

Kebanyakan orang jawa selalu memelihara binantang peliharaan, dan kebanyakan pula binatang peliharaan yang umum di rawat adalah burung perkutut. Karena suaranya yang bagus merdu dan menentramkan suasana.
Didalam kehidupan ini kita harus bisa mengikuti burung perkutut, yaitu dengan selalu bersuara yang bagus untuk didengar oleh orang lain, tidak selalu mengeluarkan suara yang bisa menyakiti hati orang lain.

2. Wanito (Wanita)

Wanita secara universal melambangkan kelembutan, cinta kasih, perasaan sayang. Kita hidup didunia pastilah berada ditengah-tengah manusia dan makhluk lainnya.
Kita harus selalu memberikan rasa kelembutan kita, cinta kasih kita dan rasa sayang kita kepada semua makhluk ciptaan sang Maha Kuasa.

3. Curigo (Waspada)

Didunia kita pasti tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita beberapa detik, menit atau jam kedepan.
Dengan sikap waspada ini maka kita diharapkan bisa selalu waspada akan gerak dan segala tingkah laku kita agar kejadian yang akan datang tidak menjadikan penderitaan pada diri kita sendiri.
Curigo juga bisa diartikan dengan Eling terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena Beliau lah yang menciptakan masa lalu, masa sekarang dan masa depan kita.

4. Turonggo (Kuda)

Untuk dapat mengendalikan kuda disaat kita menungganginya, maka tali kendali yang harus kita pegang erat.
Dalam kehidupan pengendalian diri akan segala nafsu dan ego harus kita kendalikan. Bukan dengan mengumbar nafsu, ego dan angkara murka.

5. Wismo (Rumah)

Rumah, setiap kali kita pergi pasti akan kembali kerumah. Dari sini diartikan kita hidup didunia ini hanya keluar sebentar dari rumah kita yang sebenarnya, dan suatu saat pasti akan kembali ke rumah abadi kita yaitu rumah Tuhan. Dan kita selagi didunia harus tahu apa yang akan kita bawa sebagai oleh-oleh untuk-NYA agar kita lebih disayang oleh Beliau.




Makna Cinta



Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.


Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita
Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.


Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai,
kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.
Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan,
ketimbang memilih apa yang ada.


Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.


Perlu kamu ketahui bahwa
Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.

Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama,
Dan penantian kita tidaklah sia-sia.

Walaupun menunggu membutuhkan banya hal - iman, keberanian, dan pengharapan
penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.

Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.

Di Balik Meledaknya Pesawat Challenger USA


Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.
Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan! Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.
Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center. Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir.
Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara.
Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini?
Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam? Aku berpaling pada ayahku. Katanya, “Semua terjadi karena suatu alasan.”
Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang. Aku teringat kata-kata ayahku,
“Semua terjadi karena suatu alasan.”

Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini.
Aku memiliki misi lain dalam hidup.
Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.
Aku menang karena aku telah kalah.
Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan

Spring Waltz



Title: 봄의 왈츠 / Bom-ui Wal-cheu / Spring Waltz
Chinese title : 春天华尔兹
Also Known as : Endless Love 4
Genre: Romance
Episodes: 20
Broadcast network: KBS2
Broadcast period: 2006-Mar-06 to 2006-May-16
Air time: Monday & Tuesday 21:55
Theme Song: One Love by Loveholic
Related TV shows: Autumn Tale, Summer Scent, Winter Sonata

Synopsis
Will the tragedy of spring be repeated years later?
To escape debt, Lee Su Ho’s father escaped to a remote island where his friend has a young daughter Eun Young, who is the same age as Su Ho. After being abandoned by his father, Su Ho sought to leave, but his mind changed after being touched by Eun Young’s pure heart. A series of unfortunate events ensue, and Su Ho disappears, while Eun Young is sick in the hospital.
Years later, while traveling in Austria, Eun Young meets the talented pianist Jae Ha, a man with a cold exterior with a few words, who bores a resemblance to Su Ho. As their love start to develop, the truth unfolds… Can their love endure the harsh spring tragedy many years ago?
Cast
Seo Do Young as Lee Su Ho/Yoon Jae Ha
Han Hyo Joo as Suh Eun Young/Park Eun Young
Daniel Henney as Phillip
Lee So Yeon as Song Yi Na
Supporting Cast
Geum Bo Ra as Hyun Ji Sook (Jae Ha’s mother)
Jung Dong Hwan as Yoon Myung Hoon (Jae Ha’s father)
Kim Hae Sook as Jo Yang Soon (Eun Young’s aunt/adoptive mom)
Choi Si Won as Park Sang Woo (Eun Young’s cousin)
Choi Ja Hye as Hong Mi Jung (Eun Young’s best friend)
Park Chil Yong as Park Doo Sik (Eun Young’s father)
Lee Han Wie as Lee Jung Tae (Su Ho’s father)
Lee In Sung as Lee Kang Goo (Su Ho’s brother)
Park Hee Jin as Kim Hee Jin (Yi Na’s friend)
Kim Mi Kyung as Kim Bon Hee (Mi Jung’s mother)
Eun Won Jae as young Lee Su Ho
Han So Hee as young Eun Young
Yoon Yoo Sun as Eun Young’s birth mother
Production Credits
Production Company: Yoon’s Color
Executive Producer: Kim Jong Sik, Park In Taek
Chief Producer: Moon Bo Hyun
Producer: Lee Jae Sang
Director: Yoon Suk Ho
Screenwriter: Kim Ji Yun (김지연), Hwang Da Eun (황다은), Ha Mi Sun

Catatan : film ini keren, alur flashback, cerita mengalir khas korea, rumit dan sulit walaupun akhirnya bahagis. Pemandangannya keren-keren dan membuat saya pengen trip ke korea.