Minggu, 21 November 2010

Cerita Unik Pahlawan Kita


Ir. Soekarno
Semasa diasingkan ke Bengkulu, Bung Karno adalah kolektor buku ilmiah terbesar di sana. Huijkaas Jr., anak Residen Bengkulu kagum akan koleksi mutakhir buku ilmiah di berbagai bidang. Ia betah duduk berjam-jam di perpustakaan itu. Ia bertanay, " Mengapa Bung Karno serius belajar?". Bung Karno menjawab,"Saya harus giat belajar. Insya ALlah saya akan menjadi presiden di negeri ini". Kala itu kisah ini menjadi ejekan orang Belanda di Bengkulu. Belakangan mereka terkejut. Cita-cita Bung Karno tercapai!!!!


Dr. Wahidin Sudirohusodo
Penggagas perkumpulan Boedi Oetomo ini ingin mengentaskan bangsa Indonesia dari ketrbelakngan dan kemelaratan melalui pendidikan. Di samping itu kesadaran nasional adalah sesuatu yang wajib. Kepada semua orang dia berkata: "Apabila bangsa kita meludah secara bersama-sama, maka ini akan menenggelamkan semua penjajah Belnda di negeri kita tercinta ini...".


KH. Agus Salim
Ketika Puteri Elizabeth dinobatkan menjadi Ratu Inggris menggantikan ayahandanya yang mangkat, pemerintah RI mengutus KH agus Salim dan Sri Pakulam VIII. Pangeran Philip yang masih muda tampak canggung menghadapi para tamu yang kebanyakan lebih tua. Menyadari hal itu, KH Agus Salim, sang diplomat yang menguasai 8 bahasa asing mendekati Pangeran Philip seraya mengayun-ayunkan rokok kretek. Ia bertanya, "Apakah Paduka mengenal bau rokok kretek ini?" Pangeran Philip menjawab ragu. Ia tak mengenal aroma rokok kretek itu. sambil tersenyum, K.H Agus Salim berkata, " Inilah yang menyebabkan bangsa Paduka beramai-ramai mendatangi negeri saya". Sang pangeran tersenyum. Suasana pun menjadi cair. Ia bergerak luwes menghadapi para tamu.


Sutan Syahrir
Salah seorang pemimpin bawah tanah di masa pendudukan Jepang yang berani mendengarkan radio tentara Sekutu adalah Sutan Syahrir. Padahal nyawa bisa menjadi taruhan karena ada larangan keras mendengarkan siaran radio. Dalam lemari di kamarnya tersimpan radio yang memantau berita kemenangan Sekutu termasuk penyerahan tentara Jepang. Berita itu biasanya diteruskan Syahrir kepada Bung Hatta. Suatu Ketika Syahrir dan anak-anak angkatnya memnyimpan radio di rumah iparnya karena ia mendapat radio pengganti. Beberapa bulan kemudian, si Om, panggilan anak angkat kepada Syahrir beramaksud mengambil radio yang dititipkan kepada iparnya. Tetapi ia amat kecewa karena radionya telah rusak. Rupanya karena takut tertangkap, si ipar menyembunyikannya di dalam dalam tanah alias ditanam!!!

0 komentar:

Posting Komentar