Menurut informasi, tenda kami di arafah letaknya cukup jauh dari Jabal Rahmah sehingga diputuskan kami mengunjunginya sehari sebelum tiba waktu wukuf.
Jabal Rahmah adalah satu kawasan di sebelah Timur Padang Arafah tepatnya jalan no. 7 atau 8. Terdiri dari bukit batu besar yang tersusun bertumpuk-tumpuk dan melekat erat satu sama lain. Letaknya sekitar 21 Km dari Makkah. Disebut juga ”Ilal” , ”Alal”, ”Al nabit” atau ”Al Qurain”.
Momentum penting yang tergores di bukit yang dimuliakan ini adalah saat Nabi Muhammad menerima wahyu terakhir. Saat itu Nabi sedang menunaikan haji wada'. Wahyu terakhir itu adalah QS Al Almaidah Ayat 3 "Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa (mengalahkan) Agamamu, sebab itu janganlah kamu takut pada mereka dan taubatlah pada Allah. Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Aku penuhi akan ni'mat-Ku dan Aku ridho Islam menjadi agamamu".
Di puncak Jabal Rahmah ada pelataran seluas 10 x 10 meter dengan tugu setinggi tiga meter yang dikelilingi pagar tembok setinggi 1,5 meter. Tugu tersebut merupakan penanda tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Hawa setelah mereka keluar dari surga. 200 tahun kemudian di tempat inilah mereka dipertemukan menjadi pasangan suami-istri untuk menjadi khalifah di Bumi.
Puncak Jabal Rahmah dapat didaki melalui 2 route. Route pertama melewati sela-sela bebantuan. Untuk sampai di atas memerlukan kelincahan kaki karena harus melompat antara satu batu dengan batu lainnya. Route lainnya menyusuri undakan tangga semen yang dibangun sampai di puncak monumen yang jumlahnya 168 anak tangga.
Pertemuan dua insan yang saling mencintai setelah beratus-ratus berpisah menjadikan tempat ini diyakini sebagai tempat yang makbul untuk bermohon jodoh kepada Allah SAW. Maka tak ayal lagi aku mulai mengingat beberapa teman berumahtangga. “Ya Allah berikanlah jodoh yang baik pula buat kehidupan mereka”. Kusebut nama mereka satu persatu, semoga Allah memperkenankan. Di sela-sela batu, bahkan di seputar area tampak beberapa foto tergeletak. Rupanya banyak yang menyelipkan foto sebagai pelengkap doanya.
Dari puncak Jabal Rahmah sejauh mata memandang tampak area wukuf. Beberapa bagian sudah dipenuhi oleh tenda-tenda bagi para tamu Allah. Persis di depan Jabal Rahmah terdapat mesjid Namirah. Karena waktu dzuhur tiba maka kami bergegas turun menuju masjid tersebut. Arahnya agak bertolak belakang dengan posisi parkir bus kami. Masjid Namirah terlihat megah. Panjang masjid dari Timur ke Barat sepanjang 340 m dengan lebar Utara ke Selatan sepanjang 240 m. Masjid ini mampu menampung 350 ribu jemaah. Bangunan masjid dihias 6 menara yang masing-masing berketinggian 60 m dan 3 kubah serta 10 jalan masuk utama dari 64 pintu yang ada. Masjid juga dilengkapi 663 pendingin udara, ruang informasi yang mampu merelay ibadah haji ke seluruh dunia. Masjid menyediakan 1000 kamar mandi dan toilet dengan 15.000 lebih keran air untuk wudlu. Usai shalat kami kembali menuju parkiran.
Ternyata di area Jabal Rahmah banyak unta berhias. Sengaja dipercantik untuk jadi tunggangan bagi jamaah yang ingin berfoto. Inilah pertama kalinya melihat hewan yang dulu menjadi tunggangan Nabi kita dalam hijrah atau perniagaannya. Tunggangan ini tidaklah sehebat mobil atau pesawat super sonik, namun Allah SWT menciptakan unta sebagai hewan yang sangat tangguh untuk jamannya.
Beberapa dari kami berebut untuk berfoto. Bila 5 riyal sudah dibayar, berarti transaksi dimulai. Sang majikan akan menuntun untanya untuk jongkok memberi kesempatan kita untuk menungganginya. Beberapa jamaah berteriak ketika unta tersebut mengangkat badan mereka. Binatang ini sangat tinggi dan membuat gamang bagi yang pertama duduk di punggungnya.
Bagi yang tidak membawa kamera, banyak kameramen amatir yang berkeliling menawarkan jasanya. Satu diantara mereka agak memaksa kami. Tawaran itu terhenti setelah kami menunjukkan 2 kamera di tas kami. Namun ada juga yang memanfaatkan jasa tersebut. Konon kita harus jelas dulu dealnya, katanya mereka agak ’nakal’ sehingga kita sering difoto lebih dari yang kita pesan sehingga harus mengeluarkan riyal lebih dari yang kita rencanakan.
Ada pemandangan menarik di sekitar Jabal Rahmah yaitu para penjaja bunga plastik. Aku tidak tertarik dengan bunya-bunga yang di jualnya. Toh...toko bunga langgananku di Pasar Pagi menjual bunga-bunga yang menurutku jauh lebih bagus. Yang lebih kuperhatikan adalah jamaah berseragam hitam yang mengerubunginya. Ternyata, mereka jamaah dari Iran. Dan konon mereka merasa ’afdol’ mengunjungi Jabal Rahmah kalau membawa pulang bunga-bunga plastik tersebut. Benar-benar lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya....
Minggu, 24 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar