Usai mencium Hajar Aswad, suamiku mengajak mengikuti 1 putaran thawaf. Lewat di depan Hajar Aswad, kami merapat ke pintu ka’bah. Kemudia bergeser kekiri agar sampai di area antara pintu ka’bah dan Hajar Aswad. Desakan manusia di areal tersebut agak melonggar, sesekali saja dorongan yang menghimpit kami ke bangunan Ka’bah yang mulia. Dorongan, desakan maupun himpitan sama sekali tak dirasa. Aku yang memiliki phobia dengan kerumunan manusia, dalam saat-saat seperti ini alhamdullilah sama sekali tidak khawatir. Yang diingat adalah telah sampai di Multazam, tempat suci dimana Allah SWT menjamin setiap doa akan dikabulkan. Dan aku ingin berdoa, memohon ampun, meratapi dosa-dosa yang kulakukan.
Satu riwayat menyebutkan bahwa Abdullah bin Abas senantiasa menetap di antara sudat dan pintu ka’bah dan berkata : ”Area antara sudut dan pintu ka’bah dinamakan Al Multazam ; tidak ada seorangpun yang disana meminta kepada Allah SAW sesuatu, kecuali hal itu akan diberikan kepadanya”. Dalam riwayat lain Utsman bin Al Aswad berkata bahwa Mujahid melihat seseorang yang berada di pintu ka’bah dan rukun, lalu ia mendorong punggungnya atau bagian di belakangnya dan berkata : ”Ilzam, ilzam (dekapkan, dekapkan)”.
Ketika sampai di Al Multazam, kami dekapkan badan pada dinding ka’bah yang mulia. Satu sisi tangan suami mendekap punggungku untuk melindungi dari desakan manusia. Aku sudah tidak menghiraukan apa yang terjadi di belakangku. Perasaan tumpah ruah oleh keharuan. Ka’bah yang agung ini ada dalam dekapan. Aku tumpahkan seluruh perasaan yang kurasakan. ”Terima kasih ya Allah atas nikmat iman dan islam yang telah kau limpahkan kepadapada keluarga kami. Ya Allah ampuni kami dari segala dosa, dosa besar, dosa kecil, dosa yang disengaja maupun yang tidak disengaja, doa yang diketahui ataupun yang tidak kami ketahui karena sesungguhnya Engkau adalah maha pengasih dan maha penyayang. Kami dhoif, kami yang hina seringkali lalai dan tidak bersyukur atas segala rahmatMu. Lindungilah kami ya Allah dari perbuatan-perbuatan yang menjauhkan kami dariMu. Ya Allah lindungilah kami dari musibah, bencana, kecelakaan, dari niat-niat jahat orang kepada kami, dari niat-niat jahat kami kepada orang, lindungi dari aib yang akan mempermalukan keluarga kami. Ya Allah jadikanlah keturunan kami menjadi menjadi muslim yang shaleh dan shalehah, jangan masukan kami dan keturunan kami ke dalam golongan orang kafir atau murtad”.
Tak henti doa mengalir di tempat suci ini, buat kami, buat orang-orang yang tercinta, buat handai tauland dan sahabat yang menyayangi kami, buat ustadz dan guru yang kerap menuntun kami, buat orang-orang yang senantiasa tulus memberi pertolongan kepada kami juga buat orang-orang yang pernah tersakiti oleh sikap dan perbuatan kami. Kusampaikan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh keridhaan dan pengampunan dari Allah SWT. Tanganku bergetar, mulutku berlimpah dzikir dan doa, keagungan Allah kini ada di hadapan mata, tak semua orang mampu meraihnya. Maka sungguh kerdil kalau kami tidak bersyukur atas semua yang Allah limpahkan kepada aku sekeluarga. ”Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan...Maka nikmat TuhanMu yang mana lagi yang kamu dustakan”. Ampuni hambaMu ini yang sering lalai ini ya Allah…”
Usai berdoa kuedarkan pandang melihat pintu Ka’bah yang jelas dalam sejangkauan tangan. Kiswah Ka’bah menutup seluruh bangunan ka’bah kecuali pintu ka’bah dan Hajar Aswad. Biasanya kiswah pada area Rukun Yamani hanya disingkapkan untuk memudahkan orang yang ingin mengusapnya.
Betapa nikmat berada disekitar keagungan Allah ini. Sebagai manusia yang tidak pernah puas, sempat terbersit penyesalan, kenapa kami tidak dari dulu berangkat ke tanah suci ini karena ternyata kenikmatan yang dirasa sungguh tidak ternilai. ”Ya Allah panjangkanlah umur kami, ridhoilah setiap langkah kami, lapangkan rezeki kami agar kami sering datang mengunjungi dan beribadah di baitullahMu yang agung ini. Ya Allah semoga Kau jauhkan aku dari kesalahan dan kekhilafan sebagaimana Engkau menjauhkan Timur dan barat”.
Doa terus mengalir dari sederas air mata yang membasahi seluruh wajah. Aku ingin mendekap ka’bah dengan sepuasnya di Multazam yang dirindukan. Orang yang tidak mampu berada di Multazam untuk mendekap Ka’bah, diyakini bahwa dua sudut antara hajar aswad dan pintu ka’bah dapat ditarik garis lurus ke belakang dan dipercayai sebagai Multazam juga, disana do’a akan tetap di kabulkan. Aku yakin insyaallah asal ikhlas dimanapun di sudut masjid Allah senantiasa mendengar dan mengabulkan do’a kita. Jangan pernah ragukan itu...
Minggu, 24 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar