Setiap selesai sholat fardlu berjama’ah, dapat dipastikan shalat jamaah dilanjutkan dengan shalat jenazah. Sebelum jamaah beranjak pergi imam, baik di Masji Haram dan imam Masjid Nabawi akan memberi aba-aba akan dilakukan sholat jenazah. Tentang shalat jenazah Nabi memberi tuntunan sebagaimana yang dikisahkani Abu Hurairah ra. “Siapa yang menghadiri jenazah hingga disholati maka baginya pahala satu qirath, dan siapa yang menghadirinya hingga dimakamkan maka ia akan mendapatkan dua pahala qirath. Dikatakan kepada beliau: Apakah qirath itu? Beliau menjawab: Yaitu seperti dua gunung yang besar”.
Maka shalat jenazah menjadi shalat yang sering dilakukan apabila shalat fardu sudah ditunaikan. Penah satu kali bermaksud shalat dzuhur kami menyusuri batas thawaf, terbujur beberapa velbet berisi orang terbaring. Belakang saat kami sa’i, melintas rombongan menggotong velbet, ternyata di atasnya berbaring jenazah yang terbuka tanpa diberi penutup.
Satu shalat jenazah seringkali menshalati beberapa jenazah. Bisa 3, 4, 5 bahkan sepuluh. Musim haji, lebih banyak lagi yang meninggal di tanah harram. Darimana asal jamaah yang meninggal akan terlihat dari seragam para pengantarnya. Namun demikian tak perlu khawatir, jamaah tolong-menolong dalam menggotong keranda berisi jenazah dari mobil jenazah untuk disholatkan di dalam Masjid. Usai dishalatkan, jamah malahan berebut untuk kembali menggotongnya, setiap jarak 20 meter mereka bergantian secara tertib sampai jenazah tiba di mobil yang akan mengangkutnya ke pemakaman.
Shalat fardhu yang diakhiri dengan shalat jenazah banyak memberi pembelajaran tentang ’rahasia umur’ yang menjadi kuasa Allah. Tidak hanya jamaah yang tua yang menghembuskan nafasnya di bumi Allah. Pernah satu kali kulihat jenazah yang masih anak. Dimanapun kematian begitu dekat. Dan bersyukurlah mereka yang ”dipanggil” yang Kuasa pada saat menjalankan kewajiban selaku hambaNya.
Adanya sholat jenazah usai sholat fardlu merupakan peringatan dari Allah SWT, agar seluruh kaum muslimin selalu mengingat datangnya kematian. Diriwayatkan oleh Ibnu Umar: “Kami bersepuluh datang kepada Rasulullah SAW, ketika seorang Anshar berdiri dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia?’ Maka Rasulullah SAW menjawab: ‘Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling banyak mempersiapkan kematian. Merekalah orang yang paling cerdas. Mereka akan pergi dengan mendapatkan kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat ” (HR Ibnu Majah).
Dunia ini kerap menggoda, padahal rumah abadi tempat tinggal kelak ada dalam kehidupan setelah mati. Semoga kita termasuk orang yang selalu mawas diri dan kelak meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Amiin...
Minggu, 24 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar