Umumnya negara teluk bersuhu panas. Begitu juga halnya dengan Makkah. Suhu panas menyengat membakar wajah. Untungnya panas tersebut tak membuat kami banjir keringat. Sekedar menghindari panas berpayung dengan phasminapun cukup membuat sejuk.
Pemerintah Arab sudah memperhitungkan suhu di negaranya. Oleh karenanya lantai-lantai masjid terutama di areal thawaf dilengkapi pendingin. Alhasil, kami tak pernah merasa kepanasan menginjak lantai walaupun thawaf dalam di siang bolong.
Namun suhu yang menyengat, fisik yang kelelahan, seringkali menurunkan stamina. Yang dilakukan untuk meminimalisirnya paling melindungi badan dari angin, mengkonsumsi buah-buahan, tiba di maktab berusaha untuk dapat tidur, menghindari minuman es krim yang banyak dijajakan di sepanjang rumah makan dan mengkonsumsi obat-obatan yang diperlukan.
Yang harus diwaspadai udara di Madinah. Panas sama menyengatnya, tapi angin dingin mengigit seluruh tulang. Tidak heran di siang hari bolong dengan matahari terik bersinar kami tetap berselimut phasmina tebal dan memakai masker. Kalau mau meniru orang Arab lebih aman melengkapi wajah dengan cadar.
Beberapa teman yang tidak kuat dengan perbedaan cuaca mengalami mimisan. Untung aku masih kuat bertahan. Bibir yang pecah-pecah diantisipasi dengan mengoleskan lip balm di bibir dan muka senantiasa berbalut krem pelembab. Dinginnya udara semakin terasa bila kita berada di kawasan uhud. Siang sudah begitu merepotkan, lebih-lebih di malam hari.
Mang Ade, suami teh teti yang bekerja di perusahaan Pepsi di Jeddah mengirim 2 swater tebal. Kakakku yang baik hati ini dengan rela meminjamkannya 1 buat kupakai. Selama di Madinah baju tebal itu tak lepas dari badanku. Beberapa keperluan di haji yang dikirim buat istrinya, aku ikut mencicipinya. Mulai dari perlengkapan yang lupa kubawa sampai pada makanan dan minuman, bahkan juga oleh-oleh yang belum sempat kubeli. Dengan rela hati Mang Ade mencarikannya. Aku pernah berjanji di hati kelak kalau aku kembali ke tanah suci aku akan menjamunya dengan baik.
Minggu, 24 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar