Sabtu, 13 Februari 2010
Bukan
By Afz on web
Cinta itu bukan empat belas Februari, ataupun berwarna pink. Itu adalah pembohongan serius yang disuntikkan secara sadar ke dalam kesadaran manusia di seluruh dunia. Sejelas-jelasnya, demikianlah yang telah terjadi. Celakanya, ini menjadikan ketagihan untuk peningkatan dosis dengan pembohongan lainnya. Bohongin aku lagi dong! Musibah bencana pada kehidupan setega-teganya. Seperti mengatakan langit itu biru, atau Indonesia itu Tenggara. Proklamasi sentralitas diri yang egois, yang tidak berdasar selalu dikumandangkan. Pembenaran karena memang tidak benar agar dibenarkan. Padahal tetaplah sejatinya adalah tidak benar. Sebuah kesombongan nyata yang begitu halus, sehalus-halusnya. Seperti pergerakan sinar matahari menjilati bumi.
Cinta itu bukanlah berwarna pink, ataupun berrasa coklat. Demikianlah virus yang disuapkan ke dalam mulut dan mata setiap generasi sejak berabad silam, dari cawan berlebel ilmiah. Urusan perut dan kentut yang diperbarui dengan alasan trend yang memabukkan. Pengakuan dengan format segala dimensi dan frekuensi yang menjebakkan kepada jalan fatamorgana. Pengekangan yang harus bersegera melakukan penyadaran diri, sebelum sampai di tapal batas penyesatan. Tanpa harus memicingkan mata.
Pembenaran berarti kesalahan yang dibenarkan. Dibenarkan dengan argumentasi yang dibiaskan dan dibiasakan. Maka otak mengaminkannya. Diam-diam merembes ke ketidaksadaran. Lalu beranak-pinak. Turun-temurun. Yang salah kini diyakini untuk diikuti. Dipatuhi sedetil-detilnya dan selengkap-pengkapnya. Diada-adakan sebagai nilai yang harus dianut. Dipuja-puja seperti bangsa primitif menemukan yang didewakan. Fasilitas modern direstorasi untuk menjadi kuil-kuil pemujaan.
Jangan sampai lupa, ada hati di dalam diri ini, segumpal organ yang tidak bisa ditembus apapun. Bentuknya pun tak terdefinisikan, keberadaannya pun tak terdeteksi. Misteri. Seperti kehidupan itu sendiri. Hati itulah kemurnian, chips yang ditanamkan dalam kehidupan manusia di dunia sejak dini di rahim kehidupan. Kalbu. Nafsu, Akal. Ilmu. Amal. Serangkaian aktualisasi cinta dari yang Mahacinta.
Saat ini, waktu terbaik untuk menghidupkan chips itu di sistem cinta kehidupan. Seluruh manusia. Di seluruh dunia. Agar kesadaran tak terpenjara dalam jeruji kebohongan. Realita bukanlah hanya apa yang diciptakan, juga apa yang dipikirkan. Maka demikianlah apa yang dikatakan sebuah pepatah yang menuliskan, siapa yang mempunyai cita-cita, dia akan mendapatkannya. (Man Taanna naala ma tatamanna, tulis Akbar Zainudin dalam Man Jadda Wajada, the art of excellent life). Sementara itu menurut Asmaran AS dalam Pengantar Studi Tasawuf: Sesungguhnya mahabbah itu bersumber dari iman. Karena itu, dari imanlah orang dapat mencintai Allah sebagai cinta tingkat pertama, kemudian baru cintanya kepada sesuatu yang lain. Dengan demikian, berarti orang yang mencintai Allah, tidak akan mengorbankan hukum Allah karena kepentingan pribadinya. Dan sebagai konsekuensi dari cintanya kepada Allah, ia juga mencintai rasul-Nya, dan juga harus mencintai seluruh makhluk-Nya. (http://www.mahabbatullah.tk/)
Untuk melahirkan jawaban, hanyalah pertanyaan yang menjadi bidannya. Pertanyaan untuk meragukan. Dalam keraguan kita jadi punya pilihan. Dalam keraguan ada waktu untuk dialektika. Apakah cinta itu memang empat belas Februari? Pertanyakanlah kembali jika identifikasi cinta itu berwarna pink. Kenapa mesti coklat? Karena coklat atau Chocoatl yang berarti air pahit berasal dari buah pohon kakao, pohon kakao sendiri hanya dapat hidup di daerah tropis yang cukup sinar matahari dan suhu yang tepat. Coklat sendiri berasal dari Amerika Latin sejak 1000 tahun sebelum Masehi. (http://jagakesehatan.wordpress.com/2008/07/29/sejarah-asal-usul-coklat/). Jika itu disimbolkan oleh Barat (demikian menyebut dirinya), jelas itu tidak asli. Rekayasa. Itu namanya pembohongan. Kepongahan jika itu diduniakan. Jadilah diri yang menginjak bumi, kalaupun menggapai langit, langit di atas diri. “Katakanlah: jika bapak-bapak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu sukai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya" (QS At Taubah : 24).
Memahami apa itu cinta adalah sesuatu yang penting dan berdaya guna, karena kegagalan memahaminya akan membawa kepada kekeliruan nyata dalam mengekspresikan cinta dalam kehidupan ini. Begitu tulis seseorang di blognya. Cintailah siapa saja, bahkan apa saja, setiap hari. Bahkan setiap saat. Berbahagialah bagi siapa saja yang dibukakan hatinya karena cinta, cinta yang membuatnya menjadi manusia yang selalu ingat akan Allah. Celakalah bagi siapa saja yang dibutakan hatinya karena cinta, cinta yang akan membinasakannya. Tiadalah arti kehidupan seseorang bila tidak mampu mencintai sesamanya seperti dirinya sendiri.
Kasih sayang sebuah nilai yang universal, semua orang di dunia menyetujui bahwa kasih sayang adalah nilai yang agung, semua orang di dunia suka akan hal itu. Sebagai sebuah agama dunia, Islam sangat menaruh perhatian terhadap kasih sayang itu. Islam memang agama kasih sayang. “Barangsiapa yang tidak menyayang, tidak akan disayang. Barangsiapa tidak menyayangi yang di bumi, maka tidak akan disayangi oleh yang di langit”. (Tim dakwatuna.com)
Mereka bukan kita. Di sini dan di sana. Tentang hari-biasa-saja yang diistimewakan karena tidak istimewa. Pelosok dunia punya sikap. Di Rusia. Para pemimpin Muslim di Rusia menyerukan kepada umatnya untuk memboikot Hari Valentine, mengatakan bahwa perayaan itu mengajarkan ketidaksopanan dan nihilisme. “Hari ini kita memiliki generasi hilang dari anak-anak bodoh berkeliaran di jalanan yang visi moral orangtuanya dirampok oleh perestroika”, ujar Stanislav Govorukhin, wakil Duma. “Kita telah mengambil yang terburuk dari Barat karena kita gagal menolak perambahan nilai-nilai Barat.” (SuaraMedia News)
Pakistan mengutip : "Agama kami (Islam) mengajarkan kami untuk bersikap baik dan saling mencintai antarseluruh anggota keluarga seumur hidup kami. Bagi saya aneh, melihat sejumlah orang menantikan kedatangan suatu hari di mana mereka bisa menunjukkan kasih sayang pada isteri atau saudara-saudaranya yang lain", kata Tanya Hussein, seorang guru. "Saya tidak mengerti mengapa Valentine dirayakan di Barat, di mana segala sesuatunya sudah dijadikan produk komersil, bahkan cinta" lanjut Hussein. Sementara itu Zohaib seorang eksekutif di perusahaan multinasional di Karachi bahkan menilai hari Valentine sebagai perayaan yang "terkesan bodoh". (www.eramuslim.com).
Bagaimana dengan di Indonesia? : Hari Valentine ternyata bisa jadi ladang usaha. Di berbagai mal, banyak stan yang menjual pernak-pernik Valentine. Kafe-kafe pun membuat acara khusus yang tujuannya menarik minat pengunjung. (http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=3935). Wartawan ekonomi, Sohail Afzal mengatakan, hari Valentine sudah menjadi event komersil di kota-kota besar dalam lima atau enam tahun terakhir, (www.eramuslim.com).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar