IBU DAN BIDADARI DI KESUNYIAN MALAM
Oleh Rahmat Subhan
Al-kisah seorang gadis kecil terlena dalam buaian ibunya,
Yang tersenyum di malam hari ketika dininak bobokan
Dan dinyanyikan lagu-lagu tentang kehidupan masa dulu.
Berjalan menerobos angin dengan tertatih-tatih diatas tanah retak tak berdebu.
Begitu jauhnya terkadang merayap meraba mencoba bangkit dari kegelapan.
Kadang dia tersenyum mencoba menghibur orang-orang yang ada di sekitarnya,
Kadang dia menangis mencoba merayu ibunya ketika berada di dapur memasak bubur nasi untuk makan malamnya.
Hari begitu panjang terasa,
Orang-orang sekitar tetap saja tersenyum padanya
Memberikan sebungkus roti pengganjal perut.
Dia tidak tahu harus mengucapkan apa,
Hanya tersipu malu bercampur takut kemudian memeluk ibunya.
Kadang dia menangis takut ada suara ayam berkokok disubuh hari
Dan sesekali mengeluarkan kotoran di duburnya.
Sang ibu tidak tahu harus berbuat apa,
Yang bisa dia lakukan hanyalah memberikan air susu didadanya
Sesekali menggendongnya dengan hati–hati
Dan penuh kasih sayang mengeluarkan lagu – lagu tentang kehidupan
masa lalu.
Hari–hari panjangpun ikut terhanyut dalam belaian sang ibu,
Seorang gadis kecil berwajah cantikpun tumbuh menjadi bidadari syurga
Yang siap menyapa manusia–manusia dalam syurga dan neraka.
Berdiri kokoh menjadi bahan sorotan dunia– dunia jahanam.
Berjalan keliling dunia melewati segala kesenangan–kesenangan
tak terhingga,
Menyapu seluruh warna–warna hitam menjadi abu–abu,
Menjaga segala kelestarian alam yang ada dihadapannya.
Sang ibu mudapun menjadi tua keriput tak berdaya
Melihat sang gadis kecilnya tumbuh menjadi bidadari penerang jagat raya.
Menangis dimalam hari …Mengadu…
Kemanakah anak ku dulu yang kucium, kupeluk, kubelai dengan kedua
tangan kasarku,
Di manakah dia sekarang yang awalnya selalu tidur bersamaku
ketika malam telah tiba,
Tertawa bersamaku ketika kugelitik lehernya dan mengucapkan mama… mama… mama…
Yang selalu meminta uang jajan pada saat pagi hari saat berangkat sekolah,
Yang selalu mengadu ada anak nakal menggodanya ditengah jalan ketika dia pulang sekolah?
Ke manakah dia…
"Anakku… aku rindu kumemeluk dirimu di malam hari".
Tangisannya yang begitu keras dan perkasa terus mengadu…
Berharap bidadari itu mendengarnya dan berlari mengucapkan kata "mama".
Malam–malampun terus menjadi malam seperti halnya ayam jantan berkokok disubuh hari menggoda ayam–ayam betina mengeram telurnya.
Malam – malam teriakan itupun menjadi sangat keras dan tidak menjadi
sebuah tangisan yang berarti di mata dunia.
Tidak ada air mata…
Yang ada hanyalah tangisan darah yang menggebu – gebu dalam nadi–nadi tersumbat.
SAYANGILAH IBUMU!
Oleh Ferina Widodo
Sayangilah ibumu…
dengan menyadari bahwa dialah yang telah mengandungmu,
sementara tidak ada seorangpun yang bersedia mengandung orang lain seperti itu.
Ia memberimu makan dari "buah hatinya",
dan tidak seorangpun bersedia memberi makan orang lain seperti itu.
Ketika kau dikandungnya…
ia menjaga keselamatanmu …
dengan pendengarannya,
penglihatannya,
tangannya,
kakinya,
rambutnya,
kulitnya,
dan seluruh jiwa raganya …
dengan riang dan senang hati…
seraya menanggung segala beban yang mengganggunya,
rasa sakitnya,
kerisauannya,
hingga saat oleh kekuasaan takdir…
ia dibebaskan dari dirimu yang membebaninya
lalu mengeluarkannya ke alam dunia…
dengan rasa sakit.
Memberimu pakaian ketika ia kedinginan,
Memberimu minum ketika ia haus,
Menaungimu dalam keteduhan ketika ia kepanasan,
Membahagiakanmu ketika ia menderita,
dan menidurkanmu ketika ia terjaga.
Perutnya… menjadi wadah penyimpanan bagimu.
Pangkuannya… tempat yang aman untuk merangkummu,
Susunya… disediakannya untuk minumanmu
Dan dirinya sendiri… bagai perisai penjaga keselamatanmu.
Ia menahan panas dan dinginnya dunia bagimu… demi memeliharamu.
Maka dari itu…patutlah kau berterima kasih pada ibumu untuk semua itu.
Tiada mampu kau melakukannya selain dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya.
Walaa haula walaa quwwata illaa billah.
Selasa, 22 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar