Hari ini si sulung ikut ke toko. Anteng saja duduk di meja kasir memperhatikan lalu lalang orang yang keluar masuk toko saya yang sempit. Setiap ada baju terjual, mulutnya sering mengucap "Alhamdullilah".
Ada 3 orang ibu masuk. "Silahkan Bu', sambut pegawai saya dengan ramah. Tanpa menjawab sapaan itu mereka masuk melihat-lihat baju tang terdisplay di gantungan. Seorang ibu memilih blazer warna biru, ibu lainnya memperhatikan atasan model kalong, sedang yang terakhir asyik mematut-matut sebuah baju yang dipenuhi mote.
Kehadiran 3 ibu-ibu itu membuat toko saya yang sempit menjadi lebih sesak dan ramai oleh celoteh mereka membolak-balikan pakaian, mencoba satu persatu dan menukarnya apabila tidak berkenan.
Kulihat teh Mumun mulai kecapean. Saya juga memilih memperhatikan dari kursi di sudut luar toko. Si sulung tampaknya mulai bosan dengan tingkah ibu-ibu. Mukanya mulai cemberut. Tapi saya kedipin agar tidak memasang muka manyun.
Kejadian deh...setelah mengobrak-abrik setumpuk baju, yang satu minta harga yang rendah, yang satu bilang ingin warna yang lain dan yang terakhir bilang belum ambil uang. Mereka bilang akan mengambil uang dulu di ATM. Taktik lama yang sudah seringkali kudengar.
"Bunda mereka lagi ambil uang ya", tiba-tiba si sulung nyeletuk.
"Katanya begitu, tapi sepertinya nggak sih", jawabku sambil mulai menata tumpukan baju dan menggantungnya kembali di dinding.
"Bunda kalau nanti ada yang seperti ibu itu. Suruh bayar", katanya dengan serius.
"Lho kenapa begitu", tanya saya yang belum memahami arah pikirannya.
"Iya dong kalau gak jadi mereka harus bayar uangngacak-ngacak karena galk jadi beli", ujarnya lebih serius lagi.
(Saya hanya tertawa, dia pikir dalam dagang ada yang namanya cancel fee)
Sabtu, 20 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar