Sabtu, 20 Juni 2009

Berburu Sekolah Unggul

Tahun ajaran baru akan tiba. Artinya, akan banyak orang tua yang berburu sekolah untuk tempat pendidikan anak-anaknya. Gak sekolah negeri, gak sekolah swasta tetap saja menjadi rebutan kalau dinilai berkualitas unggul. Seperi apa sih sekolah unggul itu, apa saja yang harus dipertimbangkan ketika kita memutuskan sekolah tersebut menjadi pilihan anak-anak. Ini patut dipertanyakan karena akan timbul konsekuensi logis bila kita memilih sekolah ungglan. Sekurang-kurangnya, sederet angka rupiah harus disetorkan sebagai prasyarat menjadi siswa sekolah tersebut.

Pardan Prasetyo, M.Pd* memberikan tips dalam memilih sekolah unggulan sebagai berikut :

Bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan putra putrinya, disarankan untuk mencermati beberapa hal sebelum memilih. Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini beberapa ciri sekolah yang banyak ditemui di banyak sekolah;

- Lebih mengedepankan aspek kognitif saja, bukan pada 3 ranah pendidikan secara utuh yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (ketrampilan). Hal ini disebabkan kurangnya pemahamn pengelola sekolah mengenai pentingnya caracter building (pembentukan karakter anak).

- Berpusat pada target materi ajar, bukan pada dinamika kelas untuk memperkaya anak dalam pengalaman & life skill melalui berbagai aktivitas yang mendorong munculnya inovasi dan kreativitas siswanya.

- Lebih pada Teacher Talking Time, dimana guru menjadi pemain utama. Sementara siswa hanya menjadi obyek bukanya subyek pelaku pembejaran. Siswa menjadi pendengar dan penonoton. Sementara aktor utamanya adalah guru. Hasilnya anak-anak pasif, kurang kreatif dan kurang memiliki rasa percaya diri.

- Lebih banyak menggunakan fungsi otak kiri yang terbatas. Bukan pada Multiple Intellegence atau Multi Kecerdasan yang mengakui dan memberdayakan seluruh dimensi kecerdasan dan keunikan siswanya.

- Berpusat pada hasil akhir bukan pada proses berkesinambungan. Memberlakukan ujian kognitif semata sehingga nilai ujian adalah segalanya yang akan menentukan nasib anak pada jenjang pendidikan selanjutnya.

- Berpusat pada pembelajaran serba abstrak bukan menekankan pengalaman belajar yang real dan seirama dengan realitas kehidupan siswa sehari-hari.

- Mengedepankan sistem ranking, mengakui dan menyanjung 1 sampai dengan 3 siswa ranking, dengan memvonis lebih banyak siswanya yang tidak ranking.


Demikianlah beberapa poin kesalahpahaman kebanyakan orang terhadap sekolah. Lalu apa dan bagaimana kita memilihkan sekolah yang baik untuk anak kita?

Seyogyanya para orang tua siswa mempertimbangkan aspek-aspek positif yang mencirikan sekolah itu dikatakan unggul:

- Konsep sekolahnya jelas dan tepat. Sekolah dikatakan unggul jika benar-benar menunjukan “the best process”, bukannya “the best input”, yakni keunggulan dalan proses belajar mengajar. Ada kemajuan yang terukur dari siswanya dari 3 aspek; secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Lihatlah, apakah terjadi perubahan positif pada perilaku anak setelah bersekolah selama 1 bulan misalnya.

- Pemahaman tentang sekolah oleh seluruh jajaran warga sekolah. Mulai dari kepala sekolah guru, staf administrasi hingga staf cleaning service. Apakah bisa kita dapatkan penjelasan yang kurang lebih sama dari semua warga sekolah tentang visi sekolahnya?

- Adanya program pengembangan guru yang berkesinambungan. Guru-guru secara terprogram dan terarah mendapatkan pelatihan-pelatiahn untuk peningkatan kompetensi

- Guru-gurunya memahami psikologi perkembangan anak. Bagaimana sikap guru dalam menghadapi masalah yang timbul pada siswa. Sekolah yang baik tercermin dari bagaimana kebiasaan guru-gurunya dalam menangani permasalahan siswanya. Apakah tercermin prinsip sayang namun tegas? Sayang, terlihat dari kedekatannya dengan siswa. Tegas, ditunjukan melalui konsistensinya menjalankan peraturan yang dibuat bersama para siswa. Selanjutnya, apakah guru selalu memberikan motivasi, atau sebaliknya lebih banyak menyalahkan dan memvonis siswa.

- Sekolah yang mempunyai guru-guru dengan cara mengajar yang EFEKTIF dan berkualitas. Guru-gurunya menguasai tehnik-tehnik mengajar yang sesuai denga kaedah pedagogik yang benar. Coba tanyakan, apakah guru memiliki lesson plan untuk sebelum mengajar. Apakah termasuk “teaching by planing” atau ‘teaching by feeling”

- Guru-guru yang memahami gaya belajar siswa-siswanya. Hal ini tercermin dari kesan dan tanggapan para siswa terhadap guru. Sebab bisa dipastikan, jika cara mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswanya, maka pelajaran akan terasa mudah dan menyenangkan. Sebaliknya, siswa jenuh dan mengalami kesulitan jika cara mengajar guru tidak sesuai denngan gaya belajar siswa.

- Melibatkan orang tua siswa secara aktif. Karena keberhasilan proses pendidkkan akan sangat tergantung dari kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa. Sehingga pola ajar disekolah seharusnya sinkron dengan pola asuh orang tuanya di rumah. Kehadiran dan keterlibatan orang tua siswa juga akan sangat membantu mengatasi permasalahan belajar yang dialami oleh siswa. Orang juga lebih banyak mengetahui perihal bagaimana membimbing anaknya di rumah. Alangkah baiknya jika wali kelas dalam rapt pertama bersama para orang tua siswa menyampaikan; “ Bapak ibu sekalian, kelas ini adalah ruang kelas anak-anak kita. Mari kita rancang bersama agar kelas ini menjadi tempat yang nyaman bagi putra-purti tercinta. Apakah Bapak/Ibu ada usulan?”. Jika anda orang tua siswa tentu anda akan tergugah untuk berpartisipasi.

OK Bunda, selamat berburu sekolah bermutu, memberikan pendidikan yang baik buat anak-anak menjadi keharusan yang tak bisa ditawar lagi, karena itulah investasi terbaik yang bisa kita tanam, bukan buat diri kita, tapi untuk mereka sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar