Senin, 15 Oktober 2012

Semua Hanya Pinjaman

Hari ini di tempat kerjaku bersliweran SK pegawai. Ada yang promosi, mutasi, untungnya (atau tepatnya sepertinya) tidak ada demosi. Tapi tunggu dulu…. Kendati banyak yang tertawa sumgringah ada juga bersimbah air mata, bisa jadi karena harapan tidak sesuai kenyataan, atau juga dikarenakan perpindahan itu begitu mendadak tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu. Tetapi atas nama kebutuhan dan kewenangan, tak semua hal harus didiskusikan dulu dengan yang bersangkutan bukan?

Aku jadi ingat bahasa standarku kalau menulis pidato bos besarku jiga ada acara serah terima seperti ini. “Mutasi dan promosi ini mencerminkan dinamika organisasi…. Mutasi dan promosi ini merupakan keputusan kolektif yang diambil untuk kebaikan karyawan dan organisasi…. Dan banyak jargon-jargon standar yang sering kutuliskan.  Maknanya sih bener…. Cuma dalam inplementasinya tak seindah kenyataan.  Ada yang menyikapinya dengan tertawa lebar, tentu saja bagi mereka yang semuanya “serba naik”, namun ada yang menerimanya dengan sedih karena harus meninggalkan keluarga dan ada komponen-komponen penghasilan yang  berubah.
Tapi bagaimanapun, tour of duty dalam sebuah organisasi merupakan satu kelaziman yang tidak dapat dielakan. Bagi jajaran level staf mungkin tak terlalu beresiko, yang jadi masalah adalah mereka yang memiliki jabatan. Dalam sebuah organisasi jabatan itu seperti pyramid yang mengerucut, makin ke atas makin sedikit. Jika ada perpindahan harus keluar dari unit setempat karena sedikit pengganti yang levelnya apple to apple. Jadi perindahan antar kota bahkan antar propinsi sangat terbuka lebar. Barangkali bagi pria tidak terlalu masalah, yang agak complicated jika menimpa wanita. Tapi bagaimana lagi itulah resiko jabatan. Tadi bahkan ada yang berkomentar hanya 2 pilihan “menjalankan tugas itu atau mundur”. Walahhh serem amat ya…. 

Dalam percaturan kehidupan di dunia kerja yang tarik menarik dan terkadang penuh intrik aku jadi ingat apa yang yang disampaikan omku. Om ini tepatnya pensiun pegawai negeri. Pernah menjabat kepala Dinas bahkan Dirjen. Setelah pensiun yag dilakukan adalah itikaf di masjid dari sebuh sampai isya. Aku juga gak ngerti bagaimana dia berkomunikasi dengan anak istrinya. Dan aku juga gak ngerti manusia kan harus makan bagaimana omku yang rajin itikaf makan. Apa ke warung makan juga di sela-sela itikaf. Tapi sudahlah…. Kalau kata Tukul kita kepabali ke lappppp….top. Katanya hidup ini adalah shalat. Lebih tepatnya hidup ini hanya menunggu satu waktu shalat ke waktu shalat lainnya. Setelah melakukan shalat, aktifitas duniawi lainnya adalah pengisi waktu sampai ke waktu shalat berikutnya. Aku sebenarnya gak terlalu paham. Menunggu waktu shalat ke waktu shalat lainnya lebih terasa jiga kita sedang ibadah di tanah harram. Kalau selagi di tanah air kadang malah lebih asyik bekerja. Tapi apa yang dikatakan omku benar juga sih…. Hanya saja mungkin lebih cocok buat para pensiunan dalam mengisi waktu, mengisi masa-masa istirahat.  

Agak ngelantur ya tulisanku, tapi intinya…. Setiap manusia fasih mengatakan bahwa jabatan adalah amanah yang dapat diambil kapan saja. Prakteknya…. Susah. Manusiawi sih. Hanya saja agar segala sesuatu itu tidak membuat kita berat melepaskannya sewaktu-waktu, ada baiknya mulai memakmai jabatan sebagai amanah tidak di sekedar mulut, namun diresapi ke hati. Tidak hanya untuk jabatan saja, tapi untuk segala sesuatu yang Allah berikan pada kita. Manusia hanya “dipinjamkan” dimana pinjaman itu sewaktu-waktu bisa diambil sang pemilik. Menangis sesuatu yang sudah mendarah daging dalam keseharian kita tentu saja sangat masuk akal, hanya saja tidak perlu berlebihan karena siapa tahu Allah menyediakan hal-hal yang lebih baik dan kelak kita akan menyadari bahwa apa yang kita tangisi hari ini merupakan keberkahan yang disadarinya di masa yang akan datang. Selamt bertugas di tempat baru teman-teman, semoga Allah member kebahagian dimanapun Anda berada.

0 komentar:

Posting Komentar