Kemarin, si sulung menyambutku pulang dari kantor dengan
mata dan hidung memerah. Sudah dipastikan sejak pulang sekolah menangis
meraung- raung.
“Nda tadi dari pulang sekolah butuh Nda banget karena mau
curhat harus ikut remed. Sementara teman-teman lainnya yang mengaku mencontek
lolos”. Tetapi dalam kegalauannya dia menyebut satu nama temannya yang pintar
yang harus ikut remedial juga.
Aku hanya menghela nafas panjang. Kejadian lama berulang. Hal
yang membuatku nyesedk harus kembali ditemukan anakku di sekolah barunya. Aku
yang selalu mengajarkannya untuk jujur, tidak menyontek semakin terkurung oleh
perilaku teman-temannya yang terbiasa mebawa kopean kalau ujian.
Sistem pendidikan di negeri kita masih memakai nilai
akademis. NEM menjadi kunci yang membuka pintu sekolah jenjang yang lebih
tinggi. Perolehan NEM juga yang konon katanya membuat sekolah menerima kucuran
BOS sesuai dengan prestasi akademik yang diperoleh anak-anaknya. NEM ibarat “nyawa”
bagi anak-anak guna melanjutkan sekolah. Alhasil sudah dapat diduga siswa
melakukan berbagai cara untuk memperoleh nilai akademik yang baik. Maka
mencontek menjadi pilihan saat mereka
menemukan kebuntuan dalam mengerjakan soal-soal ujian. Mungkin bagi guru-guru
yang masih idealism hal ini tidak dapat diterima. Tapi buat guru yang
memikirkan gelontoran uang BOS melakukan pembiaran. Tak jarang kita mendengar
saat ujian nasional berlangsung ada guru yang secara tersirat melakukan latihan
dengansoal yang hamper mirip dengan soal ujian. Yang lebih ekstrim lagi
memberikan kunci jawaban. Malah ada yang dengan terang-terangan 20 menit
sebelum jam ujuan usai mereka menuliskannya di papan tulis. Mereka yang menjadi
lokomotif kecurangan mengklaim diri TIM Sukses dengan enteng melakukannya.
Sementara guru pengawas sudah debriefing untuk pura-pura tidak tahu. Hal ini
tidak ada satupun yang berani mengungkapkannya. Tetapi faktanya ini terjadi.
Semua mengalir begitu “smooth”. Bisa jadi tak ada rasa bersalah dalam melakukannya,
dengan dalih ini perintah atasan mereka ringan saja melakukan. Sebuah perilaku
kolektif yang sangat tercela. Mungkin tak ada yang merasa bersalah
melakukannya. Tapi bukankah agama mengajarkan bahwa jika engkau melihat
kecurangan tetapi mendiamkannya, maka engkau termasuk bagian dalam kecurangan
itu.
Lantas bagaimana nasib anakku yang diminta orang tuanya
untuk jujur. Apakah harus bertahan atau mengalah pada situasi lingkungan? Anakku
jatuh di nilai multiple choice. Sebagai anak yang berbakat eksak dia agak malas
untuk menghapal pelajaran-pelajaran social. Tapi nilai sebelumnya nyaruis
sempurna karena soal yang diberikan essay. Persoalannya apakah guru2 mau member
soal nilai essay. Nilai essay perlu kecermatan untuk menentukan nilainya dan
sedikit rajin karena harus membaca satu demi satu?
Sebagai orang tua tentunya sedih melihat anak menangis.
Sebagai orang tua jujur saja sulit untuk meminta anak untuk tetap jujur kalau
setiap saat anak kita dikalahkan sama orang yang mengambil untung dari jalan
yang enteng. Anakku dua2nya sudah pernah pergi umroh 2 kali. Insyaallah mereka
sudah memiliki bekal keimanan lebih dari anak2 sebayanya. Mereka sudah mengerti
hidup baik yang diridhoi Allah itu seperti apa? Mereka tahu kenakalan apa yang
bisa menimbulkan dosa. Jalan satu-satunya yang saya sarankan adalah mendorong
mereka belajar lebih keras agar tidak kalah sama orang-orang yang nyontek. Dan meyakinkannya
bahwa Allah menyukai orang yang jujur. Sedangkan jujur dan mencontek seperti
investasi jangka panjang yang hasil nya akan dipetik di kemudian hari.
Maka dalam shalatpun aku sebagai orang tuanya hanya mampu
bermohon “Ya Rabb… tolong anakku untuk tetap jujur, beri mereka pelajaran bahwa
kejujuran adalah hal yang mutlak dilakukan untuk memperoleh ridhaMu”.
Untuk anak-anakku, hanya satu hal yang ingin bunda
sampaikan, kelak di kemudian hari Allah tidak akan bertanya tentang nilai
ulangan kita, sesungguhnya salah satu yang menolong kita menikmati indahnya
janji Allah adalah kejujuran. Semangat anak-anakku…. Bunda bangga jika kalian
selalu jujur, bunda bangga kalian menjadi anak yang pintar dan shalihah…. Tetaplah
melangkah di jalan yang benar agar bunda tidak malu meminta pada Allah member kalian
takdir yang baik. (Jakarta,19 Oktober 2012)
0 komentar:
Posting Komentar