Hari ini hari guru. Ada yang lucu dengan anakku terkait
dengan hari guru. Rupanya sekolahnya
akan memilih guri favorit. Jadilah mereka dibuatkan kuisioner untuk memilih
siapa guru yang paling disukai. Dari seluruh anak, hanya 2 orang yang memilih
wali keras. Alhasil guru itu rada ngambek dan mogok gak mau ngasih “pendalaman
materi”. Ketika orang tua menanyakan alasannya lewat sms, hanya berbalas sms
pula “tanyakan saja sama anaknya masing-masing”. Dan ketika kami menginterogasi
anaknya masing-masing, kami hanya mampu tertawa dan berusaha maklum.
Itulah dunia anak, dunia yang jujur, yang linear. Tak ada
konsfirasi, tak ada rekayasa, tak ada maksud tersirat dari yang tersurat. Pas anakku
ditanya mengapa memilih guru lain, jawabnya pun polos-polos saja “karena
pertanyaannya guru yang baik. Miss xxx kan gak pernah marah, selalu tertawa dan
membuat kita sekelas menjadi senang”. Ooohhh….. “kalau bapak wali kelas”, Tanya
saja. “kalau pertanyaannya guru yang baik, yang bisa membuat anak lebih pintar
ya akan milih pak xxxx itu bund walaupun bapak xxxx agak
galak?”. Hahahah…. Betapa
murninya dunia kanak-kanak belum terkontaminasi hasrat-hasrat negative.
So, inti dari cerita ini, guru juga manusia, perlu pengakuan
dan perlu aktualisasi diri. Sayangnya yang ditanya adalah anak-anak SD yang
hanya lurus, itu yang ditanya, itu yang dipikir dan itu juga yang dijawab. Beda
dengan orang dewasa yang akan sedikit ilmu “maklum” atau empati. Alhasil
besoknya kami menyuruh anak-anak bawa kado kecil sebagai ungkapan menyesal
telah membuat gurunya sedih.Selamat ulang tahun Bapak/Ibu guru, semoga ilmu yang diajarkan memberi manfaat untuk kehidupan kami sehingga menjadi ladang ibadah yang tidak terputus. Aamiin... (Jumat, 25 November 2011)
0 komentar:
Posting Komentar