Kamis, 21 Januari 2010

Jutawan Bodoh Dan Anak Cerdik


Suatu ketika, ada seorang jutawan bernama Pak Uangku. Ia sangat mencintai uang lebih dari apapun yang ada di dunia. Pak Uangku sangat kaya, tapi ia tidak tahu pasti berapa jumlah kekayaannya. Suatu hari ia menyewa seorang anak kecil bernama Smarty untuk menghitung uangnya.


Smarty hanya butuh waktu 6 (enam) hari untuk menghitung jumlah uang Pak Uangku. Pada hari ke-6, Smarty melaporkan pada Pak Uangku bahwa jumlah uangnya ada RP 42 milyar. Pak Uangku sangat senang. Kemudian dengan pandangan licik, Pak Uangku menanyakan ongkos yang diminta Smarty.

Kata Smarty, “Karena saya bekerja selama 6 hari, saya minta RP 2 (dua rupiah) pada hari pertama. Pada hari kedua, upah hari pertama (RP 2) dikalikan dengan jumlah angka itu sendiri, jadi RP 4 (empat rupiah). Pada hari ketiga, jumlah upah hari kedua (RP 4) dikalikan jumlah angka itu juga (4), jadi RP 16 (enam belas rupiah). Pada hari keempat, jumlah upah hari ketiga (RP 16) dikalikan 16 pula, jadi RP 256. Pada hari ke….”

“Stop!”, kata Pak Uangku. “Aku akan membayar ongkosnya!” Pak Uangku tak mau mendengar sampai akhir penjelasan Smarty. Ia berpikir kalau Smarty itu bodoh karena uang yang dimintanya hanya sedikit.

Pak Uangku langsung menghitung sejumlah uang untuk diberikan pada Smarty. Namun apa yang terjadi ???...
Begitu selesai menghitung, ternyata jumlah yang diminta Smarty adalah sama dengan jumlah seluruh uangnya !!!

Di akhir cerita, Smarty menjadi kaya raya. Sedangkan Pak Uangku jatuh miskin. Mengapa demikian ???...
Ternyata….Pak Uangku tak memahami matematika, khususnya bilangan kuadrat.


Lihat Tabel di Bawah ini :

Hari ke
Jumlah Upah n Kuadrat
Jumlah Akhir
1
2
2
2
2 x 2
4
3
4 x 4
16
4
16 x 16
256
5
256 x 256
65.536
6
65.536 x 65.536
4.294.967.296


Hmmm…apa makna dari cerita itu…?!?!.....ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita dari cerita tersebut, yaitu :

1). Jangan menjadi orang yang serakah dan cinta pada harta.
Dalam buku Tanbihul Ghafilin (Abullaits Assamarqandy) disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Aku memastikan adanya 3 bagi 3 yaitu bagi orang yang sibuk dunia, rakus (thama’) kepada dunia, dan bakhil terhadap dunia, pasti ia akan menderita kekurangan yang tidak ada cukupnya, sibuk yang tidak ada liburnya dan risau yang tidak ada senangnya.”

Syaqiqi Albakhi berkata : Saya telah menyimpulkan dari 4000 hadits menjadi 400, dari 400 menjadi 40, dan dari 40 menjadi 4 hadits, dan salah satu dari ke-4 hadits itu adalah : “Jangan mengikat hatimu pada harta sebab harta itu hanyalah pinjaman, mungkin bisa saja hari ini harta tersebut menjadi hakmu namun esok hari bisa jadi merupakan hak orang lain maka jangan susah payahkan dirimu untuk kesenangan orang lain di mana kesenangan tersebut untuk orang lain sedangkan tanggungan dosanya engkau yang menanggungnya sendiri. Dan jika hatimu terikat pada harta maka engkau akan bakhil, tidak mengeluarkan kewajiban di jalan Allah, takut miskin dan menurut kepada bisikan syetan.”


2). Penting sekali bagi seseorang untuk membekali dirinya dengan ilmu (dan tentunya sebagai seorang muslim, juga perlu dibekali dengan iman) supaya tidak terjerumus dalam kesesatan dan kerugian akibat kebodohan diri sendiri.

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’uud r.a. berkata :
“Dua macam kerakusan yang tak kunjung kenyang yaitu (1) yang menuntut ilmu dan (2) yang mengejar dunia. Tetapi keduanya sangat berbeda, bertolak belakang. Adapun yang menuntut ilmu maka akan selalu bertambah diridhoi Allah, sedangkan yang mengejar kekayaan dunia akan bertambah merajalela dalam kesesatannya.”
Kemudian ia membaca : “Innamaa yakh sya Allah min ibaadihil ulamaa’u (Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama, yang mengenal Allah)”. Lalu membaca : “Kallaa innal insaana layathgha an ra’aahus taghna (Tidak, tidak demikian, tetapi manusia akan melampaui batas bila ia merasa kaya, tidak berhajat kepada yang lain).”


Intermezzo :

Cinta Harta dan Kebodohan menjadi 2 (dua) senjata ampuh yang mampu membuat seseorang (bahkan sebuah negara) terperosok ke dalam jurang kehancuran dan kerugian. Kondisi sulit yang sedang dialami oleh bangsa ini penyebab utamanya tidak jauh-jauh dari kedua hal itu. Yaitu orang-orang yang berintelektual tinggi dan berkewenangan mengemban amanah hajat hidup orang banyak, (tega) melakukan kebohongan public karena dorongan kecintaannya pada harta yang bertumpuk-tumpuk sehingga menyengsarakan hidup orang lain karena dorongan keserakahannya itu. Sedangkan orang-orang awam, tidak tahu menahu bahwa mereka sudah “diakal-akalin” (baca : “dibodoh-bodohin”) oleh orang-orang yang diberi kepercayaan oleh mereka. Lalu di sisi lain, golongan intelektual pengemban amanah rakyat itu , baik disadari atau tidak, mereka juga telah “dibodoh-bodohi” oleh “dunia” yang mengikatnya (skenario konspirasi).

0 komentar:

Posting Komentar