Minggu, 12 Juli 2009

Masuk Sekolah Lagi....


13 juli 2009
Hari ini anakku yang sulung, Salsabila Arini alfakhaira (Asya), mulai masuk pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kakak tercatat sebagai siswa SMP RSBI pada satu sekolah di Jakarta Timur.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa swasta? Apakah NEM nya tidak mencukupi? Alhamdullilah…kendati tidak selalu nomor satu, kakak termasuk anak yang pintar. NEM yang diraihnya adalah, 9, 05. Yang lebih membanggakan, ini adalah nilai objektif yang diperolehnya.
Melihat banyaknya kebocoran dan kecurangan berjamaah yang di sekolah-sekolah, aku masih bersyukur bahwa Kakak (didukung pihak sekolahnya) masih bisa bekerja dengan jujur dan berkualitas. Kenapa bilang begituu, karena sempat bertanya pada anak saudara saya yang tinggal di kampung. Katanya, waktu mengerjalan soal gurunya menulis jawaban di papan tulis. Murid-murid tinggal memconteknya. Begitu juga dengan cerita adik ipar saya yang mengawas ujian di sekolah lain, mereka tidak berdaya dan diintruksikan tidak melihat ketika tim sukses menuliskan jawaban untuk anak-anak. Maka saya Tanya sama si kakak, apakah pada saat mengerjakan ujian ada guru yang menulis sesuatu di papan tulis. Jawabnya ada, tapi yang ditulis ‘Dilarang Ngobrol dan Mencontek”. Alhamdulillah bathinku… Pertanyaan selanjutnya (aku denger ini jadi trik beberapa sekolah), apakah soal-soal di try out ada yang persis dengan soal UAN, jawabnya tidak, tapi ada beberapa yang sejenis. Kembali aku bilang alhamdullilah…berarti yang diterima anak-anak adalah kisi-kisi. Itu tidak masalah karena biasanya diambil dari sylabus pelajaran.


Dengan NEM di atas angka 9, kakak sebenarnya bisa masuk SMP unggulan, namun dengan sedikit pengertian saya sampaikan bahwa kami orang tuanya ingin memastikan kenyamanan dan keamanan situasi belajar mengajarnya. Kakak, meski tinggi badannya sudah melewati ujung kepalaku namun tetaplah anak kecil yang belum terlalu paham situasi diluar. Mungkin SMA akan dilepas ke sekolah negeri, tapi untuk TK sampai SMP biarlah tetap ada di naungan sekolah ini. Kami yakin bahwa anak pintar dimanapun akan tetap pintar. Kelebihan di sekolah ini adalah system belajar mengajar yang bagus, peran orang tua yang turut andil memantau perkembangan anak. Yang lebih penting, anak-anak diajari tauhid melebihi porsi di sekolah lain. Mudah-mudahan dengan porsi yang cukup anak-anak akan punya basic tauhid yang baik. Alhamdullilah…anakku bisa memahami hal tersebut. Dan dengan nyaman pagi ini ia berangkat penbuh semangat mengikuti MOS di sekolahnya. Dari agenda yang terlihat tidak ada perploncoan untuk siswa baru. Ya Rabb...saat kami tidak mendampinginya kukembalikan padaMu penjagaan untukNya. Kami memohon perlindungan untuknya. Amiin.

Bagi anakku yang bungsu, M. Raihan Firdaysy Alfakhairullah (Diaz), hari ini merupakan hari pertama masuk kelas akselerasi ¾. Perlakuan kami terhadapnya sama seperti terhadap kakaknya. Awalnya saya tidak setuju untuk melepasnya menjalani kelas percepatan. Pikiran saya sederhana, bagaimana mungkin mobil yang berkecepatan 50 dipaksa jalan 75, yang terjadi mesin aus, mobil mogok. Pada saat wawancara dengan psikolog yang mengetesnya saya kembali mengemukakan alasan yang sama, ditambahi kekahwatiran ia kehilangan teman-temannya, kehilangan masa bermainnya dan pertanyaan yang paling sering kulontarkan ”Emang mau kemana sekolah koq harus cepat-cepat”. Beberapa kali Psikolog memuji IQ, EQ, disiplin, tanggung jawab dan kreativitas Adek. Namun aku tidak bergeming. Psikolog tak hilang akal dengan mempelihatkan hasil cotretan asi adek. Akhirnya saya mengalah dan meminta agar hasil test psikologinya seobjketif mungkin agar kami fair dalam mengambil keputusan.


Hasilnya? IQ 145 dengan ketegori superior....suprise.....padahal seminggu sebelum ujian saya mengeluh ke seorang teman bahwa si adek malas belajar. Setiap ulangan, kami bergantian membacakan buku diktatnya, sementara adek mendengarkan sambil sibuk main yoyo atau robot-robotan. Ternyata, menurut temanku yang seorang pendidik, Adek termasuk type kinetesik, kelebihannya adalah menyiomak (alat pendengar).. Nyatanya, hasil test psikologi menunjukkan hak tersebut.


Setelah berunding dengan ayahnya akhirnya saya mengijinkan adek masuk akselerasi. Dengan IQ di atas rata-rata, adek perlu penambahan beban karena kalau tidak cenderung ceroboh atau mengganggu orang lain. Maka dengan diawali bismillah adek kami lepas pada jenjang pendidikan ini. Semoga Allah menolongnya melewati masa-masa sulit. Amiin...

0 komentar:

Posting Komentar