Berangkat sekolah kakak dan adek minta dibekelin uang jajan. Kakak dapat Rp. 5.000 dan adek hanya Rp. 3.000. Mungkin ada yang berpikir kami orang tua yang pelit. sebenarnya tidak juga, mereka yang mematok sendiri berapa harus kami beri uang. Uang itu sebenarnya bukan uang jajan, hanya uang cadangan untuk beli minum kalau mereka merasa kehausan. Bagaimana dengan makanannya? bukankah aktivitas di sekolah sangat melelahkan ? otak berpikir memerlukan asupan energi yang layak? Jelas hal tersebut sudah kami pertimbangan. Sebelum berangkat sekolah, mereka wajib sarapan. Untuk istirahat jam 10 sudah dibekel kue atau mie dari rumah. Untuk makan siang, teh Mumun siap mengantar makanan hangat ke sekolah. Praktis mereka mengatakan tidak perlu jajan. Namun adakalanya ketika teman jajan merekapun menginginkannya, maka dengan uang cadangan itu mereka berbelanja.
Kami memang tidak terlalu membebaskan anak-anak membeli makanan dari luar yang kami tidak mengetahui kualitas dari makanan itu. Minumpun kami pesankan untuk membeli minuman mineral dalam gelas yang sekali minum. Membeli mineral botolan yang diminum berkali-kali sangat berisiko ketika ditinggal. Bisa saja seseorang yang jail memasukan sesuatu ke minuman itu. Naudzubilahmindzalik... kami bukan paranoid namun hanya melakukan upaya preventif dan karena sudah dibiasakan jadi anak-anak bisa menjalaninya dengan nyaman.
kembali ke masalah jajan, di kantin kakak ada yang namanya Kantin Kejujuran. Mungkin tidak bisa disebut kantin karena yang ada hanya 2 etalase berisi snack yang disimpan di lorong sekolah. Di atas etalase ada daftar makanan. Setiap orang yang jajan mengambil sendiri makanan itu, menyimpan uangnya di kotak yang tersedia dan boleh mengambil kembalian di kotak uang tersebut. Tidak ada yang mengawasi, semua dilakukan sendiri oleh siswa. Namanya kantin kejujuran, semua dihimbau untuk jujur. Adakah anak yang curang? wallahu allam, yang pasti dari laporan penjualan, kantin tersebut menangguk untung yang lumayan. Ini bisa dijadikan indikator bahwa anak-anak yang jajan di kantin itu sudah berusaha jujur.
Jujur...untuk saat ini barang langka. Namun menjadi upaya yang tiada henti bagi orang tua untuk menanamkan kejujuran pada anak-anak sejak usia dini. Sebagai orang tua kamipun melakukan hal yang sama. Harapannya sederhana, yaitu membentuk basic yang kuat dalam pribadi anak untuk menjadi anak yang jujur. Insyaalah peribahasa kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana masih kami yakini kebenarannya. Semoga kejujuran yang terasah sejak dini menjadi bekal untuk hidup mereka kelak. Amiin...
Selasa, 21 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar