Hari ini si sulung ikut ke toko. Anteng
saja duduk di meja kasir memperhatikan lalu lalang orang yang keluar masuk toko
saya yang tak seberapa luas.. Setiap ada baju terjual, mulutnya sering mengucap
"Alhamdullilah".
Ada 3 orang ibu masuk. "Silahkan
Bu', sambut pegawai saya dengan ramah. Tanpa menjawab sapaan itu mereka masuk
melihat-lihat baju tang terdisplay di gantungan. Seorang ibu memilih blazer
warna biru, ibu lainnya memperhatikan atasan model kalong, sedang yang terakhir
asyik mematut-matut sebuah baju yang dipenuhi mote.
Kehadiran 3 ibu-ibu itu membuat toko saya menjadi lebih sesak dan ramai oleh celoteh mereka membolak-balikan pakaian, mencoba satu persatu dan menukarnya apabila tidak berkenan. Kulihat teh Mumun pegawaiku mulai kecapean. Saya juga memilih memperhatikan dari kursi di sudut luar toko. Si sulung tampaknya mulai bosan dengan tingkah ibu-ibu. Mukanya mulai cemberut. Tapi saya kedipinmata agar tidak memasang muka manyun.
Kejadian deh...setelah mengobrak-abrik
setumpuk baju, yang satu minta harga yang rendah, yang satu bilang ingin warna
yang lain dan yang terakhir bilang belum ambil uang. Mereka bilang akan
mengambil uang dulu di ATM. Taktik lama yang sudah seringkali kudengar.
"Bunda mereka lagi ambil uang ya", tiba-tiba si sulung nyeletuk.
"Katanya begitu, tapi sepertinya nggak sih", jawab saya sambil mulai menata tumpukan baju dan menggantungnya kembali di dinding.
"Bunda kalau nanti ada yang seperti ibu itu. Suruh bayar", katanya dengan serius.
"Lho kenapa begitu", tanya saya yang belum memahami arah pikirannya.
"Iya dong kalau gak jadi mereka harus bayar uangn gacak-ngacak karena gak jadi beli", ujarnya lebih serius lagi.
(Saya hanya tertawa, dia pikir dalam dagang ada yang namanya cancel fee)
"Bunda mereka lagi ambil uang ya", tiba-tiba si sulung nyeletuk.
"Katanya begitu, tapi sepertinya nggak sih", jawab saya sambil mulai menata tumpukan baju dan menggantungnya kembali di dinding.
"Bunda kalau nanti ada yang seperti ibu itu. Suruh bayar", katanya dengan serius.
"Lho kenapa begitu", tanya saya yang belum memahami arah pikirannya.
"Iya dong kalau gak jadi mereka harus bayar uangn gacak-ngacak karena gak jadi beli", ujarnya lebih serius lagi.
(Saya hanya tertawa, dia pikir dalam dagang ada yang namanya cancel fee)
0 komentar:
Posting Komentar