Senin, 17 Oktober 2011

Ibu-Ibu Boros

Mengantar anak pergi sekolah merupakan "barang langka".  Rutinitas kerja kerap membuat saya harus memilih mana yang harus diutamakan. Terkadang urusan kerja mengabaikan urusan sekolah anak-anak. Pun sebaliknya, adakalanya saya lebih memilih datang ke sekolah anak-anak bila pekerjaan tidak terlalu mendesak. Itulah dilemma perempuan bekerja.

Jarangnya saya ikut rapat orang tua murid,  membuat hari mengantar ke sekolah tampaknya menjadi hal yang “menyenangkan” bagi anak saya. Karena  sekalinya mengantar biasanya yang kecil mepet aja di badan saya, gak mau jauh-jauh. Kalaupun menjauh pasti berbisik pada temannya "itu bundakua lho", katanya sambil mesem-mesem. Ada rasa bangga bercampur sedih. Tampaknya, dia ingin pamer kalau ibunyapun bisa mengantarnya ke sekolah seperti ibu-ibu teman yang lainnya.

Saat mengantar untuk kesekian kalinya, saya menemukan kumpulan ibu-ibu di Green Area. Tempat itu dikenal sebagai ruang tunggu para penjemput. Beberapa ibu sedang asyik mengobrol dan menimbang-nimbang berbagai barang sambil menunggu anak-anaknya pulang.

"Dek...bunda nunggu di situ ya", pinta saya sambil menunjuk kerumunan ibu-ibu.
"Jangan Nda...tunggu di depan kelas ade", jawabnya sambil menarik tangan saya.
"Lho kenapa Nak?", tanya saya heran
"Mereka ibu-ibu boros, nanti bunda ikut-ikutan", bisiknya berjinjit meraih teling saya.
"Ibu-ibu boros? apaan tuh", saya bertanya lagi tak mengerti.
"Bunda...ibu-ibu boros itu ; kemarin beli sepatu, hari ini beli tas, besok beli baju, lusa beli lipstik. Bayarnya boleh nyicil", jawabnya dengan serius. Ooowww…. ****)))))))^^)))

(saya hanya ternganga...ya ampun anak sebesar ini ternyata memahami transaksi orang tua)

0 komentar:

Posting Komentar