Mengantar anak pergi sekolah merupakan
"barang langka". Rutinitas
kerja kerap membuat saya harus memilih mana yang harus diutamakan. Terkadang
urusan kerja mengabaikan urusan sekolah anak-anak. Pun sebaliknya, adakalanya saya
lebih memilih datang ke sekolah anak-anak bila pekerjaan tidak terlalu
mendesak. Itulah dilemma perempuan bekerja.
Jarangnya saya ikut rapat orang tua
murid, membuat hari mengantar ke sekolah
tampaknya menjadi hal yang “menyenangkan” bagi anak saya. Karena sekalinya mengantar biasanya yang kecil mepet
aja di badan saya, gak mau jauh-jauh. Kalaupun menjauh pasti berbisik pada
temannya "itu bundakua lho", katanya sambil mesem-mesem. Ada rasa
bangga bercampur sedih. Tampaknya, dia ingin pamer kalau ibunyapun bisa
mengantarnya ke sekolah seperti ibu-ibu teman yang lainnya.
Saat mengantar untuk kesekian kalinya, saya menemukan kumpulan ibu-ibu di Green Area. Tempat itu dikenal sebagai ruang tunggu para penjemput. Beberapa ibu sedang asyik mengobrol dan menimbang-nimbang berbagai barang sambil menunggu anak-anaknya pulang.
"Dek...bunda nunggu di situ ya", pinta saya sambil menunjuk kerumunan ibu-ibu.
"Jangan Nda...tunggu di depan kelas ade", jawabnya sambil menarik tangan saya.
"Lho kenapa Nak?", tanya saya heran
"Mereka ibu-ibu boros, nanti bunda ikut-ikutan", bisiknya berjinjit meraih teling saya.
"Ibu-ibu boros? apaan tuh", saya bertanya lagi tak mengerti.
"Bunda...ibu-ibu boros itu ; kemarin beli sepatu, hari ini beli tas, besok beli baju, lusa beli lipstik. Bayarnya boleh nyicil", jawabnya dengan serius. Ooowww…. ****)))))))^^)))
(saya hanya ternganga...ya ampun anak sebesar ini ternyata memahami transaksi orang tua)
Saat mengantar untuk kesekian kalinya, saya menemukan kumpulan ibu-ibu di Green Area. Tempat itu dikenal sebagai ruang tunggu para penjemput. Beberapa ibu sedang asyik mengobrol dan menimbang-nimbang berbagai barang sambil menunggu anak-anaknya pulang.
"Dek...bunda nunggu di situ ya", pinta saya sambil menunjuk kerumunan ibu-ibu.
"Jangan Nda...tunggu di depan kelas ade", jawabnya sambil menarik tangan saya.
"Lho kenapa Nak?", tanya saya heran
"Mereka ibu-ibu boros, nanti bunda ikut-ikutan", bisiknya berjinjit meraih teling saya.
"Ibu-ibu boros? apaan tuh", saya bertanya lagi tak mengerti.
"Bunda...ibu-ibu boros itu ; kemarin beli sepatu, hari ini beli tas, besok beli baju, lusa beli lipstik. Bayarnya boleh nyicil", jawabnya dengan serius. Ooowww…. ****)))))))^^)))
(saya hanya ternganga...ya ampun anak sebesar ini ternyata memahami transaksi orang tua)
0 komentar:
Posting Komentar