Selasa, 18 Oktober 2011

Gemuk ? So What.... Gitu Lho....


Minggu mengisi waktu ikut menunggu took lagi. Asyik juga sih melihat lalu lalang orang. Seneng juga melayani orang keluar masuk toko, memilih menawar kendati gak jadi beli, gak masalah...yang penting orang meminati apa yang kita pajang.

Entahlah apa keasyikan ini yang memacu hobby dagang, tapi bisnisnya cuma suka di dunia fashion. Kenapa dagang ? Pertama, dagang adalah transaksi yang paling cepat. Kedua, dagang jelas ijab qabulnya. Ketiga, dagang lebih jujur, gak perlu kuitansi kosong bahkan gak pake kuitansi juga gak apa-apa. Keempat, dagang itu bisnis yang paling singkat gak perlu entertaint-entertaint lah. Terus kenapa baju? Pertama, karena baju gak pernah basi. Kedua, kalau gak laku bisa dipake he he he.. Ketika, dagang baju terhindar dari godaan mengurangi takaran (seperti jualan yang pake ukuran timbangan). Maka jadilah saya sebagai grosir baju anak-anak sisa ekspor dan membuka gerai baju muslim dan perlengkapan haji.

Tapi sudahlah, curhat ini sebenarnya bukan untuk menyodorkan alasan kenapa suka dagang. Tapi ada satu pengalaman yang meninggalkan pesan moral bahwa dagang perlu kesabaran yang luar bisa ; sabar karena sepi pembeli, sabar karena melayanai pembeli yang harus kita perlsayakan bak raja. (He he pasti semua bilang deuh basi... semua orang juga tahu dengan jargon-jargon seperti). Eits tunggu dulu...alasan boleh sama tapi pengalaman berbeda.

Hari masih pagi, belum ada satu pun barang laku terjual. Seorang ibu masuk dengan anaknya remaja yang cantik.Spontan aja mulutku bilang ”Dek kamu cantik sekali”, ”Makasih tante”, jawabnya dengan sopan.

Ibunya juga lumayan cantik, agak berumur. Dandanan cukup kasual, jeans ketat dengen kemeja putih sepaha. Kepalanya berkerudung. Hanya, ukuran badannya aja yang kuperkirakan LLLL (hi hi  saya agak berasa langsing deket ibu itu).

Perburuan dimulai, dari satu baju ke baju lain. Dari model yang konvensional sampai model rok blazer. Semua baju dijajal. Satu masuk satu keluar. Setelah kuperhatikan, setiap habis mematut di kaca selalu ada kata yang sama terlontar dari bibir ibu itu ”Kelihatan gemuk kan?”. Ok ganti deh dengan model lain yang bisa membuat lebih nyaman. Terus begitu, sampai memerlukan waktu beberapa puluh menit untuk gonta-ganti baju. Sudah setumpuk baju di meja kasir yang belum dibereskan. Ternyata selera ibu itu lumayan juga, pengennya baju rok blazer model Maia estianti warna biru laut. Lumayan juga seleranya.

Usai mematut diri di depan cermin yang melahap seluruh badannya si ibu nanya ke anaknya, disambut anggukan setuju. Tapi si ibu itu keukeuh mengeluh ”Aduh kelihatan gemuk”.

Oow.... gatal juga gak berkomentar. Lalu, dengan bahasa yang sangat halus dan berusaha seramah mungkin kubilang ”Mohon maaf ibu sebelumnya, agak sudah untuk menyembunyikan badan untuk seukuran kita bu (Saya pakai kata kita lho, biar si ibu merasa senasib sepenanggungan), yang penting baju itu bisa menyembunyikan perut kita (ini jujur perutnya yang besar tersembunyi di bagian bawah blazer yang agak melebar), ibu pantas dan nyaman memakainya. Iiihhh keukeuh aja ”Saya koq kelihatan gemuk”.

Jujur saya sampai kecapean melayani. Dan ternyata tidak ada yang diambil karena alasan yang sama. Saya Cuma membatin. Aduh ibu...saya bener-bener tidak punya advis lagi untuk menyembunyikan tubuh ibu yang besar itu. Perancang sehebat Itang Yunaz pun tidak akan berhasil menyulap badan kita yang besar menjadi seramping model-model di majalah. Paling yang bisa dilsayakan adalah mendandani dengan baju yang pantas dan nyaman.Dengan tidak merasa bersalah karena sudah mengacak-acak sedemikian banyak si ibu itu bilang tidak ada yang cocok. Sambil mau pulang si ibu nanya tas yang dipajang di atas rak ”350 rb” jawab saya ketika ditanya harganya. Trus dengan entengnya dia bilang ”Saya kan sering ke manggadua, kalau Rp. 100 ribu saya ambil deh”, wah bener-bener ngebetein, tapi sebagai penjual yang baik saya Cuma bilang ”Terima kasih buu”, dia agak kaget ”Lho koq jawabnya gitu”. Subhanallah...sudah dijawab dengan sopan santun saja sudah diprotes ”Iya ibu, terima kasih karena sudah meminati barang jualan saya, tapi mohon maaf saya belum bisa ngasih”.

Ketika ibu pergi benar-benar menarik nafas lega. Kalau memang ibu itu sering belanja ke mangga dua, tentu tahu dong harga tas-tas kw 1 atau kw 2. Ya...kendati tiruan kualitas barang terjamin juga.

Saya jadi ingat ada status yang pernah saya baca ”Jelek itu mutlak, cantik/tampan itu relatif”. So...apa bedanya, gendut itu juga mutlak (kan ada bukti empiris), tapi nyaman dan pantas itu kan relatif. Kita memang tidak bisa berharap tiba-tiba badan kita melangsing hanya karena kita pakai baju tertentu. Tetap aja...baju apapun yang dipakai badan kita yang extra L akan tetap kelihatan besar. Tapi cantik dan pantas itu kan tidak mutlak mirip orang ramping. Perhatikan aja Huges, cantik kan.

Sebenarnya sederhana saja, kalau kita merasa tidak cantik karena badan yang ekstra L, makanya lebih baik memilih menjadi orang yang bahagia dan menikmati hidup. Mudah-mudahan saja aura iner beaty membuat kita lebih menyenangkan dalam pandangan orang sehingga mereka luput memperhatikan bentuk tubuh kita.

He he bener-bener pengalaman yang menguras tenaga. Tapi tetap disyukuri, itu kan contoh yang gagal ; gagal sebagai seorang penjual membujuk pembelinya dan gagal sebagai seorang sarjana komunikasi meyakinkan komunikannya. Deuh...

Saya juga jadi berpikir, bener gak sih saya memilih untuk buka toko yang menyediakan ukuran BIG SIZE. Niat saya sih mulia (cieee...) yaitu make over ibu-ibu yang kesulitan mencari baju untuk ukurannya agar lebih fashionable, Tapi dengan kejadian tadi sudah kebayang kerja keras yang harus dilakukan ; sekurang-kurangnya membujuk ibu-ibu yang memiliki perilaku serupa ibu tadi. Tapi sebenarnya tidak bisa disamaratakan.

Buktinya, tadi ada juga ibu-ibu yang berbahagia sekali karena mendapat baju yang diidamkan. Bahkan, ibu tersebut meninggalkan nomor hp pesen baju dengan motip dan ukuran yang diinginkan. Sebelum pulang bahkan ibu itu berkali-kali bilang ”Mbak jangan lupa ya kalau sudah ada telpon, biar saya jadi langganan”. Alhamdullilah....

So...karena susahnya berdagang, ketika dapat bener-bener disyukuri. Dan nilai uangpun jauh lebih berharga dan lebih dapat dimaknai dengan sangat.  #baladakakilima#

0 komentar:

Posting Komentar