Selasa, 18 Oktober 2011

METAMORFOSA HARI MUKTI

Dalam rangka Isro Mi'raj Nabi besar Muhammad SAW, mushola depan rumah saya menggelar acara pengajian dengan menghadirkan penceramah ustad Hari Muksti, seorang dai yang mantan Rocker dijaman saya masih ABG.

Menghadiri tausyiah Hari Mukti, saya  ibarat membuka file lama, file yang tersimpan sejak  20 tahun yang lalu. 20 tahun yang lalu saya meliputnya, 20 tahun yang lalu saya mengejar beritanya, hanya sekedar mencari bahan agar dapat menyajikan aktivitasnya  sebagai rocker ternama. Siapa yang tidak tahu hari Mukti, rocker ternama dari Bandung yang memiliki beberapa hits yang digandrungi kawula muda saat itu. Sebut saja lagu ”Ada Kamu”, ”Hanya Satu Kata” bahkan juga lagu lucu ”Apel Pertama” berminggu-minggu bertahan di tangga lagu radio-radio anak muda. Lengkingan suaranya kerap menggema menjadi idola kaum muda. 20 tahun berlalu tak menyurutkan saya untuk menyukai rocker berbadan gempal itu. Lagu-lagu lawasnya masih bisa diakses di youtube.

Saat ini, 20 tahun kemudian, mata saya menangkap geraknya, bukan di atas gemerlapnya panggung pertunjukkan, bukan diantara sorotan lampu-lampu laser. Melainkan di sebuah mimbar masjid. Suaranya masih lantang, bukan memperdengarkan talenta menyanyinya, melainkan mengetuk hati kaum muslimin dan menyampaikan ayat-ayat al qur’an yang membawa spirit amar ma’ruf nahi munkar. Ya... jangan berharap Hari ada di gerombolan kaum selebritis yang bergaya hedonis. ”Dulu saya Hari yang suka mengajak maksiat, sekarang insyallaah saya ingin mengajak selamat”, demikian katanya. Alhasil, kiprahnya kini lebih banyak dari masjid ke masjid, dari majelis taklim ke majelis talim. ”Saya dulu seperti Briptu Norman, dalam hitungan minggu uang milyaran masuk dalam kantong. Semuanya saya tinggalan ketika kejayaan dalam genggaman”.

Hari memang memutuskan menanggalkan gelarnya sebagai selebritis. Julukannya sebagai Rocker sangar pelan luruh seiring jalan hidupnya yang  bermetamorfosis menjadi Dai di awal-awal 90-an. Sekarang jangan berharap melihatnya berjingkrak-jingkrak berbaju kaos kutung, celana kulit ketat, sepatu boot dan seluruh tubuh berhiasakan assesories rantai-rantai besar. Yang ada adalah tausyiahnya yang menyejukan. Temanya selalu disesuaikan, ketika berceramah di hadapan ibu-ibu, hari mencoba menggugah kesadaran untuk menjadi ibu yang baik atau istri yang shalehah. Pun saatnya berhadapan dengan kaum eksekutif, tak jarang Hari membahas tentang ethos kerja. Pergaulannya yang luas membuatnya lebih mudah menyesuaikan diri.

Ketika ditanya apakah Hari merindukan saat-saat kejayaannya dulu. ”Tidak... saya malah takut.Dulu saya (saat menjadi artis) banyak mengajak orang tersesat, sekarang mengajak agar selamat. Sekarang saya hanya berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa. Patokan hidup saya hanya lima hal yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram”. Dunia keartisan yang menawarkan kemewahan berlimpah kini menjadi lembar masa lalu yang lalunya. Masa lalu itu tak mungkin dihapusnya karena bagaimanapun masalalu itulah yang membentuknya menjadi hari yang seperti sekarang ini.

Materi mungkin tidak sebanyak yang diperolehnya takala menjadi penyanyi. Namun hal tersebut tak mengurangi rasa syukurnya karena dalam 15 tahun terakhir Allah memberinya pendamping yang shalehah "Saya bersyukur mendapat istri yang setia dan banyak mengkritisi saya. Alhamdulillah, kini saya hidup bahagia," ujarnya.

Hari melanjutkan, ia dan istrinya ingin membangun keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Prinsip taqwa, sahabat dan s
abar dijalankannya bersama istri. Artinya, berusaha menjadi orang yang taqwa, menjadikan istri sebagai sahabat dan bersabar dalam menjalani rumah tangga. "Dunia entertainment memang mendatangkan banyak uang, tapi percayalah Allah memberikan rezeki dari sisi yang tidak kita duga," katanya.

Allah seringkali memilih orang-orang yang dirahmatiNya, hidayah kerap turun buat orang-orang yang dipilihNya, barangkali Hari Mukti ini adalah salah satunya. Semoga

0 komentar:

Posting Komentar