Senin, 18 Juni 2012

Tawadhu


Tak ada yang lebih mengiris hati selain mendengar  kata-kata si sulung “ Bund…. Belajar keras sudah, meminta restu dari orang-orang yang menyangi sudah, berdoa di multazam dan raudah tempat yang istajib du’ana sudah, tapi kalau Allah tetap menggenggamNya tentu tidak akan bisa diraih. Mungkin bukan doa kita yang tidak makbul, tetapi Allah menyimpannya dan sedang memilihkan yang lebih baik lagi”.

Subhanallaah…. Barakallaahu nak…. Allah sedang mengajarimu ilmu sabar dan ikhlas. 

Ya… hari itu adalah hari yang membuat kami cukup bersedih. Anakku yang sulung gagal masuk ke SMA yang diinginkannya. Nem 9,25 tidak cukup untuk bersaing di kelas favorit. Tak ada yang lebih menyakitkan melihat raut mukanya yang menyimpan kekecewaan. Padahal umroh ramadhan lalu dia memaksa ikut karena ingin berdoa agar memperoleh sekolah yang terbaik untuknya. “Kakak minta yang terbaik dari Allah, bisa saja bukan sekolah ini bund”, ujarnya denga besar hati. Ya nak… bisa jadi sekolah ini baik, tapi bukan yang terbaik untuk anakku. Cobaan ini bukan hanya untukmu tapi juga untuk keimanan ayah dan bunda. Sebuah doa yang kita bawa ke Harram ternyata tidak dikabulkan dari Allah. Kita semua sedang diajari untuk tetap yakin atas kalimat Allah “Mintalah kepadaKu maka akan Kukabulkan”.
Dan hari ini kami belajar tawadhu dari anak sulung kami yang dengan ikhlasnya merelakan sekolah yang diinginkannya sebagai tempat menimba ilmu tidak menjadi bagian hidupnya.

0 komentar:

Posting Komentar