Tak ada yang lebih mengiris hati
selain mendengar kata-kata si sulung “
Bund…. Belajar keras sudah, meminta restu dari orang-orang yang menyangi sudah,
berdoa di multazam dan raudah tempat yang istajib du’ana sudah, tapi kalau
Allah tetap menggenggamNya tentu tidak akan bisa diraih. Mungkin bukan doa kita
yang tidak makbul, tetapi Allah menyimpannya dan sedang memilihkan yang lebih
baik lagi”.
Subhanallaah…. Barakallaahu nak….
Allah sedang mengajarimu ilmu sabar dan ikhlas.
Ya… hari itu adalah hari yang
membuat kami cukup bersedih. Anakku yang sulung gagal masuk ke SMA yang
diinginkannya. Nem 9,25 tidak cukup untuk bersaing di kelas favorit. Tak ada yang lebih menyakitkan melihat raut mukanya yang menyimpan
kekecewaan. Padahal umroh ramadhan lalu dia memaksa ikut karena ingin berdoa
agar memperoleh sekolah yang terbaik untuknya. “Kakak minta yang terbaik dari
Allah, bisa saja bukan sekolah ini bund”, ujarnya denga besar hati. Ya nak… bisa
jadi sekolah ini baik, tapi bukan yang terbaik untuk anakku. Cobaan ini bukan
hanya untukmu tapi juga untuk keimanan ayah dan bunda. Sebuah doa yang kita
bawa ke Harram ternyata tidak dikabulkan dari Allah. Kita semua sedang diajari
untuk tetap yakin atas kalimat Allah “Mintalah kepadaKu maka akan Kukabulkan”.
Dan hari ini kami belajar tawadhu
dari anak sulung kami yang dengan ikhlasnya merelakan sekolah yang
diinginkannya sebagai tempat menimba ilmu tidak menjadi bagian hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar