Jakarta, 20 februari 2012
Saya adalah 2 ibu yang mendamping 2 anak yang rentan stress.
Yang sulung kelas 3 SMP. Yang kedua kelas 6 SD. Sistem pendidikan yang ada
sangat tidak berperikemanusiaan. Kerja keras selama 3 dan 6 tahun hanya dinilai
oleh hasil ujian nasional ? bagaimana kalau buku yang dipakai si pembuat soal
dan guru yang mengajar berbeda? Bagaimana kalau saat ujian anak-anak ngedrop
karena kelelahan mempersiapkan ? bagaimana kalau system IT yang dipakai ngadat ? semua hal
tersebut diabaikan begitu rupa.
Alhasil, disela rutinitas sekolah yang sudah full day
(pulang seusai shalat ashar), anak-anak terpaksa dicekoki berbagai les dan
bimbingan belajar. Kalau tidak begitu, niscaya akan ketinggalan dari
teman-temannya. Sangat mirip mendapati kenyataan mereka dari pagi baru pulang
jam 19.00 malam, padahal ibu bapaknya saja yang berkerja kantoran, masuk jam
8.00 jam 17.00 sudah boleh pulang. Dengan sederet jadwal dan aktivitas les
otomatis ada berbagai buku yang harus ditenteng ke sekolah. Wow… lihat mereka
turun di gerbang sekolas, nyaris persis orang backpackeran seminggu keliling
kota. Menggunung memenuhi punggungnya. Sueeerrrr… sebagai ibu saya khawatir dengan
perkembangan tulang punggung mereka. Sampai
tercetus dalam rapat orang tua murid untuk membeli buku 2 paket, 1 paket
disimpan di loker sekolah, 1 lagi disimpan di rumah.
Menghadapi ujian nasional lain lagi cerita. Yang pasti beban
bertambah karena mereka harus Bimbel yang jatuh di hari Sabtu minggu. Yang
terjadi sabtu minggu jadi jarang ketemu, mau pergi juga tidak bisa karena tidak
tega meninggalkan anak –anak yang otaknya sedang diperas. Kursus music dan
bahasa Inggris dicutikan biar beban gak terlalu berat.
Kendati sudah merasa bahwa hal yang terbaik dilakukan, tetap
saja perasaan gak nyaman melihat mereka harus berjibaku untuk berjuang meraih
cita-cita mereka. Dan hari ini giliran si bungsu yang Ulangan Harian, usai
salam sama ayah bundanya, dia ikrarkan minta maaf atas segala kesalahannya dan
minta didoakan agar ujiannnya lancer. Duh Gustiiii…. Ibu mana yang tidak
trenyuh. Dan saya hanya bisa membantin “Nak… ujian ibarat kematian kecil, Hanya
diri sendirilah yang harus menghadapinya, ayah bunda yang menyayangi kalian
hanya mampu mendoakan. Belajarlah dengan rajin, kerjakan sebaik yang engkau
bisa, jadilah anak yang shalih dan shalihah agar ayah dan bunda tidak malu
meminta takdir baik pda Allah untuk kalian berdua”.
0 komentar:
Posting Komentar