Minggu, 19 Februari 2012

Episode Gerbang Sekolah

Jakarta, 20 februari 2012

Saya adalah 2 ibu yang mendamping 2 anak yang rentan stress. Yang sulung kelas 3 SMP. Yang kedua kelas 6 SD. Sistem pendidikan yang ada sangat tidak berperikemanusiaan. Kerja keras selama 3 dan 6 tahun hanya dinilai oleh hasil ujian nasional ? bagaimana kalau buku yang dipakai si pembuat soal dan guru yang mengajar berbeda? Bagaimana kalau saat ujian anak-anak ngedrop karena kelelahan mempersiapkan ? bagaimana kalau  system IT yang dipakai ngadat ? semua hal tersebut diabaikan begitu rupa.

Alhasil, disela rutinitas sekolah yang sudah full day (pulang seusai shalat ashar), anak-anak terpaksa dicekoki berbagai les dan bimbingan belajar. Kalau tidak begitu, niscaya akan ketinggalan dari teman-temannya. Sangat mirip mendapati kenyataan mereka dari pagi baru pulang jam 19.00 malam, padahal ibu bapaknya saja yang berkerja kantoran, masuk jam 8.00 jam 17.00 sudah boleh pulang. Dengan sederet jadwal dan aktivitas les otomatis ada berbagai buku yang harus ditenteng ke sekolah. Wow… lihat mereka turun di gerbang sekolas, nyaris persis orang backpackeran seminggu keliling kota. Menggunung memenuhi punggungnya. Sueeerrrr… sebagai ibu saya khawatir dengan perkembangan tulang punggung mereka. Sampai tercetus dalam rapat orang tua murid untuk membeli buku 2 paket, 1 paket disimpan di loker sekolah, 1 lagi disimpan di rumah.

Menghadapi ujian nasional lain lagi cerita. Yang pasti beban bertambah karena mereka harus Bimbel yang jatuh di hari Sabtu minggu. Yang terjadi sabtu minggu jadi jarang ketemu, mau pergi juga tidak bisa karena tidak tega meninggalkan anak –anak yang otaknya sedang diperas. Kursus music dan bahasa Inggris dicutikan biar beban gak terlalu berat.

Kendati sudah merasa bahwa hal yang terbaik dilakukan, tetap saja perasaan gak nyaman melihat mereka harus berjibaku untuk berjuang meraih cita-cita mereka. Dan hari ini giliran si bungsu yang Ulangan Harian, usai salam sama ayah bundanya, dia ikrarkan minta maaf atas segala kesalahannya dan minta didoakan agar ujiannnya lancer. Duh Gustiiii…. Ibu mana yang tidak trenyuh. Dan saya hanya bisa membantin “Nak… ujian ibarat kematian kecil, Hanya diri sendirilah yang harus menghadapinya, ayah bunda yang menyayangi kalian hanya mampu mendoakan. Belajarlah dengan rajin, kerjakan sebaik yang engkau bisa, jadilah anak yang shalih dan shalihah agar ayah dan bunda tidak malu meminta takdir baik pda Allah untuk kalian berdua”.

0 komentar:

Posting Komentar