Mitos: Jika payudara kecil, produksi ASI hanya ASI
Fakta: Tidak benar. Ukuran payudara tidak berpengaruh pada jumlah dan kualitas ASI. Payudara besar biasanya karena memiliki jaringan lemak yang lebih banyak. Jumlah alveoli (wadah) payudara kecil dan besar adalah sama. Jadi, besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI.
Mitos: Menyusui menyebabkan payudara akan kendur
Fakta: Tidak benar. Payudara menjadi kendur karena saat hamil, hormon-hormon menambah kelenjar ASI, sehingga membuat ukuran payudara lebih dari ukuran biasanya. Setelah masa menyusui usai, ukuran payudara akan kembali normal, sehingga mengendur. Bentuk payudara bisa kembali normal dengan melakukan senam payudara atau pemilihan bra yang tepat.
Mitos: Jika ibu tiba-tiba berhenti menyusui, maka ASI langsung tidak keluar lagi
Fakta: Tidak benar. Seorang ibu yang menghentikan pemberian ASI untuk sementara, dapat menyusui kembali dengan teknik relaktasi yang tepat. Anda dapat memulai dengan melatih bayi melakukan stimulasi pada puting susu Anda. Caranya, biasakan bayi mengisap puting susu Anda sekalipun ASI belum keluar atau keluar sedikit.
Mitos: Bayi yang mengalami diare tidak boleh diberi ASI
Fakta: Tidak benar. Bayi diare justru harus tetap diberi ASI karena ASI mengandung 88% air sehingga ia tidak membutuhkan cairan lain. Bila diarenya sangat berat, bayi boleh diberi cairan oralit (yang diberikan dengan cangkir). Sebenarnya, bayi yang diberi ASI eksklusif hampir tidak pernah mengalami diare. ASI mengandung antibodi (zat kekebalan) imunoglobulin terhadap banyak infeksi dan mengandung sel darah putih (leukosit) hidup yang membantu memerangi infeksi. ASI juga mengandung lactobacillus bifidus, yaitu bakteri yang tumbuh dalam usus halus bayi, untuk mencegah bakteri berbahaya tumbuh dan terjadi diare.
Mitos: ASI yang keluar pertama kali harus dibuang, karena ASI lama (basi)
Fakta: Tidak benar. ASI yang keluar 5 - 7 hari pertama disebut kolostrum (susu jolong). Cairan jernih kekuningan itu mengandung zat putih telur atau protein tinggi dan zat anti-infeksi atau zat daya tahan tubuh (immunoglobulin) yang lebih tinggi daripada susu matang. Selain itu, juga mengandung laktosa atau hidrat arang dan lemak dalam kadar rendah sehingga mudah dicerna. Apabila kolostrum dibuang, maka bayi akan kurang atau tidak mendapatkan zat-zat pelindung terhadap penyakit infeksi.
Rabu, 19 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar