Suntuk
dengan pekerjaan mencoba merefresh otak dengan jalan-jalan ke Ambassador. Nasib
kantor di lingkungan Mall, maka window shoping menjadi sarana yang elok untuk
melarikan diri. Tak dinyana, bertemu
dengan hal yang membuat mata berkaca-kaca karena sedih dan kecewa. Maka
jalan-jalanpun tidak sukses. Saya kembali pulang dan hanya menghabiskan waktu
30 menit berputar di mall teramai pada jam istirahat itu.
Sambil
menahan sakit hati dan mencoba tidak membuat air mata turun ( dengan mulut
berguman berkali-kali.... gak usah dipikirin itu bukan hal yang penting), saya berbalik
arah keluar mall.
Orang
baru datang, saya sudah pulang. Jadi relatif mudah mencari taksi. Setelah
menyampaikan alamat yang dituju, spontan sayapun termangu. Tapi ternyata route
yang diambil benar , pak Sopir tahu kantor saya. Tiba-tiba handphone pak Sopir
berdering. Sepertinya istrinya yang menelpon. Usai bercakap Pak Sopir menghela
nafas panjang. Tanpa ditanya mengalirlah cerita tentang anaknya yang berumur 10
tahun sedang dirawat di RS karena terkena demam berdarah. Sedikit mengeluh
kebingungan sopir bercerita tentang perusahaan armada taksinya yang tidak
memberikan jaminan kesehtan, bahkan sedikit pinjamanpun tak diberikannya.
Tiba-tiba
hati saya berdesir. Saat saya suntuk jalan ke Mall, Sekurang-kurangnya selembar
ratusan ribu melayang untuk hal-hal yang tidak penting. Sementara di hadapan
saya seorang sopir kebingungan disuruh istrinya ke rumah sakit karena sang anak
butuh obat. Jujur saja.... keuangan saya
sedang tipis, tapi uang yang ada di dompetpun kalau saya kasihkan, saya masih
punya teman-teman yang mau meminjamkan sedikit uang.
Maka
setelah saya membayar ongkos, saya sodorkan uang dengan pesan untuk bayar obat
anaknya. Pak sopir menolak karena katanya kebanyakan. Saya memaksanya karena
ada yang jauh lebih penting, sebuah nyawa menunggu obat.
Bukan
hal yang kebetulan kalau hari ini saya berkesempatan membantu seseorang. Semua
pasti karena Allah. Bukan juga sesuatu yang tidak “digariskan” kalau hari ini
saya mendapati pelajaran tentang kejujuran dan kesetiakawanan dalam berteman.
Hari ini saya bersedih dan ingin menebusnya dengan melihat Pak Sopir itu
sedikit tertawa. Semoga. Jakarta 8 Nopember 2012.
0 komentar:
Posting Komentar