Minggu, 22 Agustus 2010
Kisah Kantong Kurma Abu Hurairah
Imam Ath-Thabrani meriwayatkan, suatu hari Abu Hurairah berkata, “Saya merasa sedih karena tiga hal. Pertama, sewaktu Nabi wafat, saya adalah sahabat dan pelayan beliau yang masih kecil. Kedua, peristiwa terbunuhnya Utsman. Ketiga karena tempat perbekalan itu.”
Orang-orang yang hadir di sekitar Abu Hurairah bertanya, “Apa yang engkau maksudkan dengan tempat perbekalan itu, wahai Abu Hurairah?”
Abu Hurairah menjawab, “Ketika kami dalam perjalanan bersama Rasulullah, banyak orang yang kelaparan. Beliau bertanya, “Hai Abu Hurairah, apakah kamu punya sisa makanan?” Saya menjawab, “Ya, ada.” Saya membawa beberapa kurma di tempat perbekalan.” Lalu beliau menyuruh saya untuk membawanya kepada beliau.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung membawanya pada Rasulullah. Ketika itu, beliau memasukkan tangannya ke dalam tempat perbekalan lalu mengeluarkannya kembali dengan satu genggam kurma. Beliau membeberkan kurma itu, sehingga terlihat banyak. “Undanglah sepuluh orang untuk datang kemari!” kata beliau. Setelah sepuluh orang itu datang, mereka dipersilahkan untuk makan kurma itu sampai kenyang.
Secara bergiliran, sepuluh demi sepuluh, mereka datang untuk memakan kurma-kurma tersebut. Akhirnya semua tentara yang ada pada saat itu semuanya merasa puas dan kenyang. Meskipun demikian, kurma-kurma itu masih tersisa.
Kemudian beliau berkata kepada saya, “Duduklah dan makan bagianmu!” Maka saya pun makan kurma-kurma yang dibeberkan tadi, ternyata jumlahnya menjadi lebih banyak dari yang saya berikan. Setelah saya memakannya, sisa kurma itu saya masukkan ke dalam kantong tempat perbekalan.
“Hai Abu Hurairah,” kata Rasulullah, “Jika kamu ingin mengambil kurma itu, masukkanlah tanganmu ke dalam tempat perbekalan itu secukupnya dan jangan berlebihan.” Kurma-kurma itu sebagai penyambung hidup saya pada masa Rasulullah. Setiap kali saya menginginkan kurma tersebut, saya rogoh kantong perbekalan untuk mengambilnya. Selain itu, saya juga menafkahkannya untuk memberi makan orang lain.
Kebiasaan ini berlanjut terus pada masa Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Baru ketika Utsman terbunuh, rumah saya kena bongkar. Maka tempat perbekalan itu pun hilang entah kemana.”
Sumber: Al Wafa bi Ahwalil Musthafa, Ibnul Jauzi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar