Kamis, 27 Januari 2011

Marcell Takkan Terganti

Jumat, 21 Januari 2011

Orang Yang Didoakan Malaikat

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”. (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan
mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa
ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”. (Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia
melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang
ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang – orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya
berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’” (Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang – orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat
kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh” (Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar,”Sanadnya shahih”)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi 

Uwais AlQarni: Terkenal Di Langit Tak Terkenal di Bumi

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru,
rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan,
kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada
tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli
membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut
yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan,
tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan
tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti
ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru
dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata
Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah
dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan
karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang
dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan
menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai
macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya,
memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik,
karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya
seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari
mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari
mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya
penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya
sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang
diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama
Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya
yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh
dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan
puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar
seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk
menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati
Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya
kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke
Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan
cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru
datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan
kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk
bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang
cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu
yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera
dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini
akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu
hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada
beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan
musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk
bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya
dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah
beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat
membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya
selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi
hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi
menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa
terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan
Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di
rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa
menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan
kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju
Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,
bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan
begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras
baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni
di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu
rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah
r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi
yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di
rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang
perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada
di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan
Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan
masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan
sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas
pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah
mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa
dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada
sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya
menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan
perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang
kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa
Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni
langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda
Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang
mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan
ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai
tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau
SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan
bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah
do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni
bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga
kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan
Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda
Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak
itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju
kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,
segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan
bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi
menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya
Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais
menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu
berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais,
sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar !
Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,
siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban
itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah,
yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais
kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan
mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah
sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat
itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan
mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:
“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan
Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan
istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni
akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang
negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera
saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya
hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh
Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami
sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin
berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan
selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami
memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di
atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai
waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu
kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah,
tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang
terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan
dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !
“katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal
dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal
satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami
lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu
orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban
asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah
nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di
kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim
oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”
tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat
di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,
tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya
dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan
seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang
tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah
pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan
tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan
ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika
orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan
dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan
untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
“ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari
mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah
tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah
orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa
pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya
orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan
orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan
ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais
al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang
tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba
dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah
kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya
mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman
mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi
tapi terkenal di langit.

Wallahualam...

Minggu, 02 Januari 2011

Tiga Malam Di malaysia


Jalan-jalan ke luar negeri bersama anak-anak merupakan hal yang diidam-idamkan. Namun perasaan ragu dan khawatir harus bepergian di negeri orang lebih mendominasi. Alhasil rencana tinggal rencana, tinggal nunggu keberanian saja.
Ayahnya mendesak, anak-anak menuntut, tak punya pilihan, akhirnya diputuskan tujuannya ke negeri jiran “serumpun” malaysia. Pertimbangnya, masih satu bahasa, masih satu budaya tentu tak sulit untuk menyesuaikan.

Langkah pertama yang dilakukan adalah browsing mencari ticket murah...teuteup bo !! namanya ibu-ibu kudu hemat.  Dari beberapa maskapai akhirnya pilihan jatuh ke Air Asia, cari ticket promo, jadwal disesuaikan dengan tanggal merah. Dapatlah, seorang kena Rp. 700 ribu pp. Lebih murah daripada ticket pulang ke kampung.  Rencananya ngejar waktu 4 hari 3 malam biar kenyang. Dan tidak direncanakan untuk trip ke Singapura biar puas dan gak cape. April dapat ticket, masih ada waktu 2 bulan untuk siap2. Pemberangkatan mengambil ticket paling pagi agar sampai di Kualalumpur masih punya waktu untuk city tour.

Malam sebelum pemberangkatan pihak air asia menelpon dan mengabarkan untuk check in 3 jam sebelum jadwal. Alasannya menghindari antrian di loket imigrasi. Okelah kalau begitu.... Jam 3.00 subuh kami saudah berangkat dari rumah. Jalanan yang sepi membuat waktu tempuh dapat disingkat, biasanya tak kurang menghabiskan 60 menit, pagi itu hanya butuh 30 menit sudah turun di Terminan 2 Bandara Soekarno Hatta.

Anak-anak sarapan pagi dulu di bandara. Beruntung banyak restaurant siap saji. Murahnya Air Asia salah satunya adalah tidak disajikannya makanan ringan lebih-lebih makanan berat selama penerbangan. Namun jangan khawatir kelaparan, air crew akan jualan berkeliling (sssttt...tapi jangan  bayangin seperti pedagang asong) menawarkan makanan dan cindera mata. Harganya ? tentunya lebih tinggi dari harga normal. Tapi apa mau dikata, beli air mineral wajib daripada tenggorokan kering selama 2 jam penerbangan.

Jam 9 atau jam 10 waktu setempat kami sampai di KLCT (sory kalau keliru), bandara khusus Air Asia. Anak-anak membawa ransel masing-masing dengan isi baju seadanya. Beruntung bawaan gak terlalu berat. Turun dari pesawat gak ada belalai gajah sebagai korider yang menghubungkan pesawat dengan ruang tunggu. Penumpang turun dari tangga dan berjalan kaki menyusuri piggiran landasan. Oi.... matahari lumayan menyengat. Tapi karena anak-anak exited banget bisa nyampe di Kualalumpur tak sedikitpun keluar keluhan. Turun mengikuti iring2an penumpang lain, kami belagak ngerti, belagak ”ngota” biar gak kelihat udik. Masih di dalam pelataran ruang tunggu, dah ada yang teriak dari sebuah konter kecil. Ternyata menawarkan ticket bis dengan route yang berbeda. Kami berunding sebentar dan memutuskan naik bis tujuannya ke KL Centre. Ticket cukup murah hanya 8 RM per orang, dikali Rp. 2.500 kena Rp. 20.000. Sebenarnya sebanding dengan bus PPD dari bandara ke Kp Rambutan. Inilah gunanya browsing dan mencari info saat di lokasi tidak terlalu kebingungan karena sudah menyusun rencana dengan seksama.

Bis menuju KL Centre tidak terlalu bagus tapi lumayan nyaman setelah 2 jam terkurung di kursi sempit pesawat. Beberapa penumpang sepertinya turis dari negara Eropa,  tapi ada juga yang bermata sipit. Kami saling menyapa bahwan saling menanarkan permen. Seperti biasa, si Adek memilih duduk dengan ayanya, sementara si kakak memilih duduk dengan saya. Sepanjang jalan menuju KL Centre, mobil masuk tol. Jadi mengingatkan saya pada pemandangan tol jagorawi. Lengang, hanya ada bukit dan disirami terik matahari.
Sampai KL centre kami bertanya dimana tempat menjual ticket bus dan permainan di Genting. Kami diarahkan ke tingkat 2. Pesan ticket 4 plus terusan (waduh lupa berapa harganya, kalau gak salah 40 RM lah). Kami dapat pemberangkatan yang keduan jam 10.30. Sip lah.... berarti hari ini dah mulai bebas.  Tuntas urusan prepare acara ke genting besok, kami cari kedai makan. Ada warung kecil jual nasi lemak dan laksa singapura. Suamiku yang lahir dan besar di tembilahan sangat familiar dengan nasi lemak. Sambil makan suamiku bercerita tentang seringnya membeli nasi lemak di warung depan rumah kalau nenek tak sempat menyiapkan sarapan. Kalau dengar cerita masa kecill ayahnya anak-anak antusias. Si Adek mulai berani jajan sendiri, mini market sebelah jadi sasaran pertamanya. Beli nasi ketan, balik lagi ke kasir minta sendok. ”what’s sendok?” tanyanya, si adek bingung balik nanya harus ngomong apa. Kakaknya bilang spoon. Dengan pede dia bilang ”Cik minta spoon”, kasirnya nyodorin sendok plastik sambil ketawa. ”Oh I see, sendok is spoon”.

Usai makan tinggal cari taksi buat check di Hotel Radius. Oh ya hotelnya dibanti booking sama travel langganan kantor saya. Tapi sepertinya kalau booking hotel mending langsung lebih murah, hanya agak gambling kalau musim liburan bisa gak kebagian kamar. Sebenarnya hotel2 melati di pinggir jalan banyak juga sih, hanya kalau bawa anak kecil kelihatannya tidak cukup aman dan  nyaman. Naik taksi minta 15 RM kami berempat menuju hotel. 
Suamiku menelpon sopir yang mobilnya mau dibooking ke Malaka. Bang heri demikian sopir itu biasa dipanggil.  Bang heri yang berasal dari Sumbar berbaik hati mengajak kami keliling dan memperkenalkan objek wisata di pusat kota. Salah satunya adalah tanah merdeka, sebuah lapangan luas yang dikelilingi bangunan-bangunan kantor yang masih mempertahankan bangunan asli buatan jaman kolonial. Bang heri mengijinkan anak-anak untuk mengambil foto. Puas berkeliling kami langsung diantar ke Hotel Radius. Hotelnya lumayan bagus dan lumayan strategis, karena 100 meter dari hotek sudah tampak mall Bukit Bintang dan Sungai Wang.

Istirahat sejenak,  mandi dan ganti baju, usai shalat dzuhur kami turun ke lobby. Rencananya mau jalan-jalan. Ternyata hujan deras sekali. Yaaa... jadwal berantakan kami hanya duduk di tangga lobby hotel. Ada anak muda yang memperhatikan kami, ternyata mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di UKM dan sedang mengisi waktu libur dengan menjadi guide turis yang datang ke KL. Sedikit berbasa-basai, Febi (nama si anak muda tersebut) menawarkan jasa untuk mengantar. Sayangnya kami sudah terlebih dulu kenal dengan bang Heri. Namun begitu suami saya berinisiatif menanyakan nomor telpon febi agar sewaktu-waktu diperlukan mudah untuk dihubungi. Menunggu hujan kami banyak berbincang dan memperoleh banyak info yang didapat terutama mengenai jalan-jalan di seputar kota.

Dalam rinai hujan, mata kami menangkap sebuah super market di seberang jalan, ternyata namanya 7eleven (kelak anak2ku hobby banget  jajan di Sevel). Mereka sibuk membeli minuman slurpee yang berwana biru. Beberapa hal yang tidak paham mereka tanya ke kasir, sayangnya yang ditanya berasal dari Tibet jadinya bingung deh mau ngomong apa. Untung yang satunya dari Pakistan jadinya sukup ngerti bahasa Inggris. Dinginnya perut sedikit terobati oleh seduhan mie instant.  Tapi anak-anak tak mengeluh, mereka ingat perkataan ayahnya, ketika kita berada di tempat baru semua tempat tanpa kecuali merupakan hal menarik, event sebuat mini market sederhana pun cukup membuat anak-anak senang.
Baru jam 5 sore hujan sedikit reda. Kenadati masih menyisakan gerimis tipis, kami memutuskan untuk jalan ke arah Bukit Bintang.  Ini kedatanganku yang ke 3 jadi cukup diandalkan untuk jadi guide oleh anak-anak xixixi.... masuk Bukit Bintang sebenarnya gak jauh beda masuk ke Melawai Plaza (eh... pusat perbelanjaan ini masih ada gak ya?). Tukang Tissue yang cacat ternyata masih ada di perbatasan mall Bukit Bintang dan Sungai Wang yang memang menyatu. Two Thumbs buat si penjual tissue cacat badan tak menghalanginya untuk berusaha, dia dapat uang tidak semata-mata kasihan tapi karena ada barang yang dijual.

Berkeliling mall, lumayan banyak sale. Baju-baju ABG seharga 25 RM sepertinya banyak diimpor dari Korea (hahaha sok tahu padahal referensinya hanya dari kesamaan model dengan baju yang dipakai artis-artis di Korean Drama). Toko sepatu Vincci paling penuh. Saya sendiri gak terlalu tertarik, beberapa tahun lalu sempat beli agak banyak dan sampai saat ini masih ada yang belum dipakai xixixi...

Seperti biasa anak-anak gak ada yang merengek minta dibelikan baju model ini itu. Pokoknya yang dibelikan ibunya pasti cocok (ini kata mereka !!!).  jam 7 masih terang, bahkan  tak terdengar kumandang adzan maghrib. Kami memutuskan shalat dija’ma (karena sedang dalam bepergian dimungkinkan). Si Adek mulai rewel dan minta makan. Saya ingat jalan Lor yang terkenal sebagai surga makanan malam. Ternyata lokasinya dekat ke hotel, jadi kami kembali ke arah dimana kami berangkat. Ternyata.... menu yang ditawarkan kebanyakan seafood. Menggiurkan sih... tapi itu die, menunya dicampur dengan makanan yang berbahan babi. ”Pak Cik...kami jual makanan halal, mampirlah kemari”, tawar mereka. Iya sih.... tapi bukannya kualinya dipakai juga untuk bikin  steak babi. Oh No.... daripada perut berontak mending balik kanan. Kami putar lagi ke Bukit Bintang karena waktu foto2 di lampu merah persis di sudut jalan ada restauran Mc Donald. Akhirnya kam mendarat di restaurant dengan cat warna orange yang khas. Untungnya ada paket nasi. Jadi perut melayu tak lagi kembung. Hanya.... nasinya sedikit berempah, lumayan cocok (pasti gara-gara kami sering makan nasi kebuli).
Perut dah kenyang, si adek dah berhenti berkicau. Hmmm.... mau dihabiskan kemana ya ? akhirnya kami memilih naik MRT di depat Mall Sungai wang. Tujuan yang dipilih Chowkit. Saya milih tempat ini karena kamera pertama yang saya punya dibeli disini saat saya tugas reportase di tahun 93. Tiap jarak ternyata beda tarif sesuai jarak MRT nya. Nunggu  dengan foto-foto tak membuat bosan. Setelah 2 kali kereta lewat ke arah yang berlawanan,  kami beroleh MRT ke arah tujuan kami. Tak dapat duduk tak apa karena untuk berdiripun cukup nyaman. Tampaknya orang Malaysia sudah terlalu biasa dilalulalangi orang-orang Indonesia jadi mereka tak memperhatikan kami dengan aneh. Nyampe Chowkins ternyata daerahnya dah gelap, mirip jalan hayam wuruk di waktu malam. Wadow... gak cocok buat anak-anak.
Ayah berinisiatif cegat taksi. Tujuannya Gedung Petronas. Dengan tarif 15 RM (katanya macet jadi ongkos naik dari yang biasanya 10 RM). Sepakat.... maka kami berempatpun sudah berpindah duduk di taksi yang disupiri kakaek tionghoa yang berbicara inggris tapi berlogat hokian. Jalan memang macet tapi perjalanan hanya menghabiskan waktu 15 menit.

Wow... anak2 senang lihat menara kembar yang menjulang tinggi. Sengaja kami tak langsung masuk gedung melainkan main di taman di depannya. Dengan berbagai pose (baik yang dipotret maupun yang memotret) berpuluh-puluh gambar diambil untuk mengabadikan menara megah itu dalam posisi yang paling baik. Tepat di ujung undakan ada barisan air mancur, kami berempat berfoto di tengah semburan air dalam balutan cahaya lampu. Ih..... ternyata ulah kami diikutin orang-orang yang tadinya duduk di pinggir taman. Melihat tempat menjadi penuh orang kamipun menyingkir dan bermaksud melanjutkan perjalanan ke dalam gedung. Belum dalam hitungan 10 kaki melangkah seorang petugas security datang dan menghalau orang-orang yang berfoto di tengah ”air joget” itu. Alhamdulillaah kami sudah lolos dan puas mengambil gambar.

Petronas memiliki lobby yang luas. Lenggang karena sudah malam dan tidak ada dan habis jam kerja. Setelah turun melewati 1 eskalator baru deh ada toko-toko di sepanjang lobby bawah. Teuteup.... Vincci diserbu pengunjung, padahal tidak dalam musim diskon. Saya lebih suka cuci mata. Bajunya cukup mahal dan modelnya agak aneh. Langkah dilanjutkan ke belakang gedung, ternyata lebih ramai. Sebuah danau menjadi pemandangan menarik. Beberapa keluarga kecil memilih duduk di pinggirnya bercengrama dengan seluruh anggota keluarga. Ya... as a habbit... kami juga foto-foto dong !!!  Malam makin larut kami memutuskan pulang naik taxi. Berhenti di lobby hotel, anak2 minta beli makanan. Jadilah kembali borong mie instant di toko 7 eleven. Sampai kamar boro-boro di makan, yang ada mata ngantuk, badan cape. Good Night kids.... siapkan tenaga buat besok yaaaa.

Hari ke dua...
Bangun pagi, usai shalat, intip jendela sudah jam 6 tapi tapi  hari masih gelap.  Gak jadi halangan buat memulai aktivitas.  Hari ini rencananya seharian main ke Genting.Turun ke resataurant buat breakfast, karena jatah hanya 3 orang jadi musti bayar tambahan 1 orang sebesar 20 RM.  Jadilah daripada nyari sarapan di luar. Senengnya lihat si adek makan lahap. Makan pagi sebanding dengan makan siang xixixi.... Adek kan anak yang sedang dalam pertumbuhan... kilahnya selalu begitu kalau dilarang makan banyak-banyak.

Niat naik MRT ke KL Centre, tapi pas depan mini market 7Eleven seorang kakek chinese penarik taksi membujuk kami untuk memakai jasanya. Minta 15 RM  untuk mengantar sampai ke KL Centre. Baru duduk bujukan kembali dilancarkan, kali ini kami diajaknya mampir di Butik Coklat. ”Cik tak beli pun tak apa2, kalau I datang bawa penumpang I dapat 5 RM lumayan buat breakfast”, rayunya. Karena waktu masih panjang kamipun setuju.
Nyampe halaman Butik Coklat agak kepagian, bahkan penjaga nyapun masih menyampu halaman. Tapi pelayannya sudah melambaikan tangan mempersilahkan kami masuk. Memilih alakadarnya, membeli yg disuka, anak2 meminta dibelikan beberapa cokklat. Hmm... satu tentenganpun dijinjing pulang. Selesai belanja, Engkoh supir taxi memamerkan uang 5RM sebagai jasa mengantar.  Ternyata bujukan belum usai, kami masih diajaknya juga ke oleh-oleh China. Ya sudahlah... kasihan juga. Pergi ke sana tak terlalu banyak hal menarik, ramuan china itu tak membuat kami merogoh kocek buat membelinya. Tapi beberapa keripik seafood menambah berat tentengan. Tak apa2 juga lah lumayan buat oleh-oleh.

Perjalanan akhirnya dilanjutkan dan langsung menuju KL Centre. Keriuhan sebuah ”terminal” sangat terasa. Lalu lalang orang bergabti kendaraan membuat eskalator yang hanya cukup untuk berdiri 1 orang jadi sempit dan padat. Masih ada waktu sejam kami keliling lobby karena banyak ada stand-stand bazaar. Buat prepare saya beli 1 buah sendal. Duduk di kedai yang kemarin kami makan, si adek pengen makan nasi lemak (padahal rasanya baru 1 jam yang lalu sarapan heboh). Sambil menunggu bocah selesai makan, saya belanja makanan buat di bekal ke Genting (konon menurut info biar sedikit hemat makanan dibawa saja dari KL). Croissant, roti, mie goreng, bakso, sosis, deelel-delel. Begitulah ibu-ibu selalu khawatir anaknya kelaparan.

Kami menunggu bis yang hendak membawa ke Genting. Udaranya panas karena berada di luar area KL Centre. Belum lagi asap buangan dari bis-bis yang berjajar menunggu penumpang. Hampir sejam menunggu bus baru datang dari genting. Penumpang penuh jadi gak bisa terlalu memilih tempat yang strategis. Tapi cukup nyaman untuk menghabiskan perjalanan yang memakan waktu tempuh sekitar sejam.
Menuju Genting seperti menuju puncak. Bedanya puncak penuh dengan pemandangan kebun teh yang asri, sedangkan genting lebih banyak menyusuri jurang-jurang dengan semak belukar. Agak deg-degan juga sih, jalanan kecil dan menanjak, bus agak terengah-engah. Sampai di stasiun cable car kami harus melanjutkan perjanlanan dengan kereta gantung. Di lobby ketemu dengan Febi anak mahasiswa yang sempat ngobrol di lobby hotel kemarin. Ternyata iapun tengah mengantar turis. Stasiun cable car adanya di lantai 2, kami naik lift. Sepanjang perjalanan banyak toko souvenir, yang paling menarik perhatian adalah toko aneka manisan. Oooiiii..... mengundang selera. Suami saya langsung menyeret tangan saya ketika ada gelagat hendak mampir. ”Nanti aja Bund pulangnya”. Oh ya ticket  yang kami beli di KL Centre sudah termasuk ticket cable car dan bus, jadi kami tinggal antri saja. Lumayan panjang antriannya, tapi cable car yang datangpun banyak jadi kerumunan orang segera terangkut.
Wawwwww..... itu adalah teriakan yang menggema saat cable car meluncur lepas dari stasiunnya. Kendaraan itu berayun pelan ke kanan dan kekiri. Si kk sibuk foto sana foto sini, si Adek sibuk memvideokan. Keduanya menikmati pengalaman pertama naik cable car. Di taman mini sih pernah juga naik kereta gantung tapi selain jaraknya pendek, tak ada hal2 yang menyeramkan dalam perjalanan. Sementara disini cable car merayap bahkan menanjak dengan curam ke arah bukit. Nun di bawah sana hutan belukar seperti siap menerkam. Hiiyyy..... semua doa-doa yang saya hapal saya baca dengan seksama, agak takut sih tapi mau gimana lagi.

Hampir 30 menit berayun-ayun di udara, kamipun sampai. Saya menyarankan agar semua main dulu di outdoor karena outdoor waktunya terbatas hanya sampai jam 6 sedangkan indoor bisa sampai jam 12 malam. Langkah kami segera meuju arena outdoor.  5 hotel besar yang ada di Genting tersambung satu sama lain, jadi kami susuri satu2. Cukup jauh sih...tapi tak ada keluhan di anak-anak.
Ternyata arena outdoor tak jauh beda dengan dufan. Hanya barangkali di genting ini dikelola [emerintah dengan baik. Apalagi genting terkenal sebagai tempat lokalisasi perjudian di malaysia. Jadi di beberapa jalan kami banyak menemui casino-casino yang sedang menggelar berbagai macam judi. Anak-anak tidak diperkenankan masuk, jadi sekedar melihat dan ingin tahupun tidak dilakukan. Setelah beli ticket terusan outdoor anak-anak mulai memilih-milih. Beberapa mainan yang terlalu memaci adrenalin saya memilih tidak ikut. Daripada deg-degan mending menunggu di pintu masuk. Senangnya lihat anak-anak menikmati permainan dengan sangat sukacita. Sesekali duduk di tempat yang indah untuk makan-makan. Kami dikejutkan rombongan pemuda, dari bahasanya kami mengira datang dari China. Mereka berlari dari satu arena ke arena lain hanya untuk  mengambil gambar. Semua serba tergopoh-gopoh. Seseorang berteriak melambaikan tangan kepada mereka. Oh tampaknya tour leadernya. Beruntung kami memilih jalan sendiri, wisata ala backpacker sehingga tidak sekemrungsung seperti mereka. Dimana anak-anak senang disitu kami menghabiskan waktu. Menyenangkan melihat mereka gembira dan tertawa. Pengalaman yang sangat berharga dalam hidup mereka.  Untungnya di arena ini disediakan mushola sehingga kami bisa bermain tanpa harus meninggalkan shalat. Jam 6 sore anak-anak masih berminat pada beberapa permainan, tapi ayahnya membujuk untuk melihat-lihat di arena indoor. Kamipun menuju ke dalam hotel First World yang berwarna warni karena indoor letaknya disana. Konon hotel ini memiliki ribuan kamar yang selalu penuh oleh pengunjung. Check innya bisa berjam-jam, sarapan juga bisa heboh. Makanya kami memutuskan untuk tidak menginap di genting dan memilih kembali ke KL dengan cable car terakhir.
Untuk memacu keberanian anak-anak, saya membujuk mereka masuk Scary House, saya sendiri gak berani dan menunggu di luar. Mula-mula hanya berdiri di depan pintu masuk, tapi lama-lama terbirit-birit pergi  ketika ”among tamu”nya yang berdandan ala drakula mulai menaku-nakuti saya. Teriakan histeris terdengar dari luar. Saya sih tenang-tenang saja, selama anak-anak ada dalam pengawasan ayahnya insyaallah semua baik-baik saja. 20 menit kemudian mereka keluar, ternyata si Adek dan KK muncul denganwajah pucat dan tubuh bersimbah peluh. Duh merasa bersalah sudah memaksa mereka, tapi saya memang berharap agar mereka tumbuh jadi anak yang berani tidak seperti saya yang bernyali kecil. Dari Scary House kami lanjut ke Ripley Believe or Not… 

Banyak foto-foto tentang keajaiban yang menimpa manusia. Sayangnya arenanya agak sepi, rasa seram muncul ketika masuk di ruangan koleksi dasi. Ada ribuan dasi di gantung, entahlah hanya bulu kuduk saya agak merinding, apalagi ruangan ditata remang-remang. Kamipun buru-buru keluar.
Saya kembali menjadi guide dan membawa mereka menuju arena bersalju. Ya.... walaupun belum pernah ke eropa salju buatan malaysia di genting inipun jadi lah. Gak boleh motret, tapi kami curi-curi kesempatan seperti yang lainnya. Lumayan dapat beberapa moment. Yang lucu... satu-satunya makanan yang dijual di arena ini adalah Es krim. Hiiyyy udah badan dingin harus makan yang dingin juga. Gak lah...

Puas main di arena salju kami hanya berkeliling arena indoor.  Berfoto di miniatur patung liberty, Menara Eiffel  adalah beberapa angle yang diambil. Sejam sebelum jadwal cable car terakhir kami sudah mulai menuju ke atasiunnya. Kali ini naik kereta gantung tidak sehboh berangkat. Gimana nggak.... pemandangan di bawah gelap banget gak ada yang terlihat. Yang heran... ada satu orang naik di kereta yang menuju atas, apa gak takut yaaa.

Nyampe di stasiun bawah, kami bergegas menuju tempat bis. Tapi melihat toko manisan tetap terpikat. Sedikit belanja manisan mangga, strawberi, dll buat oleh jadilah. Gimana mau nyantai, tokonya saja sudah mau tutup.  

Bis yang akan membawa kami turun belum datang, alhasil ada 30 menit kami menunggu dulu. Begitu datang kami memilih tempat. Tak banyak yang dilihat karena begitu badan mencium jok mobil langsung tidur. Bagus begitu  daripada melihat jurang kiri kanan. Jalanan menurun tentu lebih mengerikan daripada menunanjak. Kebayang kan kalau rem nya blong. Apalagi supir yang bapak tua itu ngobrol dengan seorang penumpang memakai bahsa mandarin yang heboh dan cicit cuit. Namun karena lelah, mereka mau menaikan suara sampai 3 oktaf juga tetap pulas tidur. Alhamdullillaah semua lancar dan aman sampai KL Centre.

Dari KL centre kami naik taksi kembali, berhenti di depan hotel tidak langsung masuk tetapi menuju RM pakistan untuk makan malam. Lumayan murah... makanan rata-rata 6 RM. Ada ayam bakar, nasi goreng, nasi tomyam, capcay, dll. Seberangnya ada mini market namanya Mini carfour....di Indonesia belum ada ya, yang ada Carefour (big)nya saja. Perut kenyang, main puas, eng ing eng.... kami berempat segera menuju kamar hotel. Mandi, shalat terakhir tidur lagi deh.... ayo semua tidur karena besok kita akan ke Malaka. Dan anak-anakpun menurut dengan takzim....

Hari ke 3
Jam 5 kami sedah bangun kembali. Shalat, mandi terus sarapan. Bang Heri hari ini bertugas mengantar kami ke Malaka. Mobil Grand Livina yang akan membawa keliling Malaka sudah terparkir di Lobby. Sarapan hanya memakan waktu 30 menit, selanjutnya kami semua sudah duduk manis di mobil Bang Heri.
Menuju Malaka seroute dengan jalan menuju Singapura. Malaka adalah negara bagian dari 13 negara bagian yang dimili Malaysia. Hanya butuh waktu kurang dari 2 jam kami sudah masuk wilayah malaka. Di gerbang masuk kota yang bertetangga dengan kepulauan Riau (Indonesia) kami diajak ke taman mininya malaysia. Ticketnya (mahal) 30 RM, bandingkan dengan TMII yang hanya mengutuf Rp. 9.000. Isinya ? waduh...menurut saya pas2an banget, hanya ada 3 rumah ada dari 13 negara bagian di malaysia. 
Bandingkan dengan TMII yang lebih luas, lebih banyak, lebih kaya budaya. Satu2nya kekurangan TMII adalah tidak dikelola dengan baik. Malaysia semua serba terbatas tapi ”marketingnya” luar biasa sehingga orang tertarik untuk mendatanginya. Tapi tetep aja namanya turis, kita musti keliling dong. Propinsi Serawak dan Kucing lebih kental dengan budaya Dayak milik kita (jangan2 ntra di klaim juga bahwa dayak merupakan budaya malaysia xixixi). Selebihnya lebih kemelayu-melayuan serupa Sumatera Barat dan Riau.
Untuk berkeliling hanya butuh waktu 30 menit. Si Kaka yang baru bangun setelah tertidur sepanjang perjalanan lebih sering memasang muka bete dan bilang taman mini lebih bagus.

Statdhuy – Red Building adalah lokasi wisata yang terkenal di Malaka. Inilah bangunan Belanda tertua di Asia tenggara dan satu-satunya peninggalan Belanda di kota ini. Dulu ini adalah rumah Gubernur Belanda sehingga arsitektur Belandanya. Ada sebuah area di mana gedungnya semua berwarna merah. Konon dulu ada serdadu Inggris yang mabuk dan mencat bangunan di sepanjang jalan itu berwarna merah.
Baba dan Nyonya museum heritage adalah museum peranakan yang unik di Melaka.  Museum ini didirikan oleh Babas dan Nyonyas yang ada di Melaka. Peranakan adalah suku percampuran antara suku melayu dan chinese sehingga para keturunan peranakan ini memiliki kultur yang unik karena meruapakan percampuran antara kedua kultur.
Kami menuju Museum Cheng Ho yang dibangun untuk memperingati seorang  laksamana bernama Cheng Ho atau Zheng He yang hidup sewaktu zaman dinasti Ming di China. Pengembara terkenal ini telah menjalankan tujuh pelayaran pengembaraan di antara tahun 1405 dan 1433 dan meninggalkan jejaknya di Timur Tengah, Afrika dan Asia Tenggara. Di depannya ada Menara taming sari. Namun anak-anak tidak tertarik menaikinya karena matahari sedang berada di puncaknya. Sinarnya langsung menyorot penumpang menara yang diturunnaikan dengan begitu rupa.

Terakhir tentu saja kami mencari oleh-oleh. Ingat pengalaman dahulu, saya kembali mencari udang kecil yang dibotol, oleh-oleh khas Malaka. Selanjutnya mencari foodcourt karena perut sudah minta diisi. Di Malaka kudu hati-hati, makanan halal dan haram seringkali sudah dibedakan. Harus sering bertanya, harus hati-hati sebelum memilih.

Jam 14.00 kami meninggalkan Malaka dan sebelumnya mengitari pelabuhannya dahulu. Bang Heri menunjukkan beberapa rumah sakit yang penuh dikunjungi pasien dari Indonesia. Konon untuk pasien yang melakukan perjalanan melalui laut pihak rumah sakit sudah menjemput sejak dari pelabuhan. Konon biayanya tidak terlalu mahal dan tersedia dokter-dokter ahli bertangan dingin. Sebelum melanjutkan perjalanan kami mencari masjid untuk sekedar shalat Dzuhur plus Ashar (ja’ma).

Sebelum kembali mencapai Kualalumpur, kami mengagendakan untuk mampir di Putrajaya, pusat pemerintahan Malaysia. Hmm... jadi teringat Indonesia kembali yang pernah mewacanakan Jonggol sebagai pusat pemerintahan seperti Putrajaya. Ternya sampai sekian tahun tidak terealisasi. Yang ada wacana makin menjauh pusat pemerintah diusulkan pindah ke Palangkaraya.

Putra jaya memang keren. Semua gedung pemerintahan ada di kawasan ini. Pusatnya ada di sampung sebuah danau dengan pemandangan indah. Ada mesjid yang megah, setiap perempuan yang akan shalat diberikan baju kaffah seperti pakaian maroko yang bertopi. Lucu banget...

Tapi sayang...di Putrajaya sedang digelar semacam acara Pekan Olah raga nasional. Jadi kami ak bisa memasuki arena, padahal kami ingin menikmati setiap jalan yang dirancang dengan menggunakan lampu jalan berbeda. Katanya meniru sebuah kota di Australia.... sttt... lagi-lagi meniru... bentar lagi mengklaim... namun tidak berarti tak ada yang bisa kami lihat. Bang heri membawa kami ke bangunan Istana Sultan/Raja Malaysia... istananya besar (tapi tetep lebih besar dari yang ada di Indonesia). Bangunannya sepi, karena memang jarang dihuni. Cutrak..cetrek... kami mengambil gambar setelah puas kamipun pulang.
Sebelum  menuju hotel saya meminta untuk mencari tempat guna berbelanja oleh-oleh. Tujuan pertama adalah Petaling. Daerah pecinan yang lebih mirip kawasan pasar baru.  Sepanjang jalan banyak toko-toko. Tapi lebih padat  karena yang ngegelar dagangan di tengah jalan lebih banyak lagi. Sempat beli tas buat ayahnya anak-anak. Selebihnya saya berpikir produk Indonseia jauh lebih bagus-bagus.
Melihat kami tidak ada yang dibeli, bang heri berinisiatif membawa ke central market. Ini baru... tempat oleh-oleh. Makanan khas dan kerajinan menjadi pemandangan yang menarik. Sayapun sibuk memilih beberapa cinderamata yang terjangkau. Anak-anak sibuk mencari oleh-oleh buat teman-temannya. Puas sudah, harganya di bawah harga pasar. Menjelang magrib kami sudah diantar ke hotel.

Malam itu kami hanya keliling seputar hotel. Lagi-lagi tujuannya mall Bukit Bintang dan Sungai Wang.  Puas borong baju dan tas murah. Kami kembali ke hotel. Malamnya barang di pak karena minggu subuh dah dijemput untuk ke bandara. Kali ini suami saya meminta Febi (yang anak mahasiswa itu) mengantar ke Bandara. Dasar mahasiswa... untuk ngirit ongkos kami diajak jalan tikus, cepat sih tapi agak ngeri aja karena sepi. Tapi febi meyakinkan bahwa itu area kampusnya jadi dia sudah cukup familier. Kami diajak memakai mobil kancil Sempit sih.... tapi cukuplah menampung kami berempat. Febi hanya menarik ongkos 100 RM untuk sampai di KLCT. Dan dengan janji kalau ke Kualalumpur akan menghubungi Febi, berakhir sudah perjalanan backpaker kami di negeri jiran. Selamat tinggal, semoga bertemu di penerbangan perikutnya (xixixi niru ucapan pramugari Ais Asia). Ya... semoga asal ticketnya murah...